Page 244 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 244

http://pustaka-indo.blogspot.com
             suci  atau  sama  sekali  mengabaikan  doktrin  itu  dan
             mengidentifikasikan  “Allah”  dengan  Tuhan  Bapa  dan
             memandang  Yesus  sebagai  pendamping  ilahi—tidak  lagi
             dalam  peringkat  yang  setara.  Umat  Islam  dan  Yahudi
             menganggap  doktrin  itu  membingungkan  dan  bahkan
             menghujat. Sungguhpun demikian, akan kita lihat nanti bahwa
             ternyata  baik  mistik  Yudaisme  maupun  Islam  telah
             mengembangkan  konsepsi  keilahian  yang  teramat  mirip.
             Gagasan  tentang  kenosis,  ekstasi  pengosongan  diri,
             misalnya,  akan  menjadi  krusial  dalam  Kabbalah  maupun
             sufisme. Dalam Trinitas, Bapa menyalurkan segala yang ada
             pada  dirinya  kepada  Putra,  menyerahkan  segala  sesuatu—
             bahkan  kemungkinan  untuk  mengungkapkan  diri  dalam
             Firman  yang  lain.  Begitu  Firman  telah  diucapkan,  Tuhan
             Bapa menjadi hening: tak ada yang bisa kita katakan tentang
             dia  sebab  satu-satunya  Tuhan  yang  bisa  kita  ketahui
             hanyalah logos atau Putra. Karena itu, Bapa tidak memiliki
             identitas,  tak  ada  “Aku”  dalam  pengertian  biasa,  dan
             membingungkan pengertian kita tentang kepribadian. Sumber
             asal Ada adalah Tiada yang telah diungkap tidak hanya oleh
             Denys, tetapi juga oleh Plotinus, Philo, dan bahkan Buddha.
             Karena Bapa biasanya ditampilkan sebagai pencarian Akhir
             dari Kristen, perjalanan Kristen menjadi gerakan maju yang
             tak  bertujuan.  Gagasan  tentang  suatu  Tuhan  yang  personal
             atau personalisasi Yang Mutlak telah menjadi bagian penting
             dari  umat  manusia:  orang  Hindu  dan  Buddha  telah
             memberikan  konsesi  kepada  peribadatan  bhakti  yang
             bersifat personalistik. Namun, paradigma atau simbol Trinitas
             menyarankan  bahwa  personalisme  mesti  ditransendensikan
             dan  bahwa  tidaklah  cukup  untuk  membayangkan  Tuhan
             sebagai  manusia  yang  diperluas,  berperilaku  dan  bereaksi
             dengan cara yang sama seperti kita.

             Doktrin Inkarnasi dapat dipandang sebagai usaha lain untuk




                            ~237~ (pustaka-indo)
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249