Page 240 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 240
http://pustaka-indo.blogspot.com
adalah “paradigma”) yang menyingkapkan kehadiran sebuah
realitas yang melampaui semua pemikiran. Musa telah
menembus ke dalam gelapnya ketidaktahuan itu dan
kemudian mencapai kemanunggalan dengan sesuatu yang
melampaui semua pemahaman: kita akan meraih kemabukan
serupa yang akan “mengeluarkan kita dari diri kita sendiri”
dan menyatukan kita dengan Tuhan.
Hal ini hanya mungkin karena Tuhan datang menemui kita,
seperti yang terjadi di atas gunung itu. Di sini Denys berbeda
dari Neoplatonisme, yang mempersepsikan Tuhan sebagai
statis dan jauh, sama sekali tidak responsif terhadap upaya
manusia. Tuhan para filosof Yunani tidak sadar akan para
mistikus yang acap berusaha untuk mencapai kesatuan yang
memabukkan dengannya, sedangkan Tuhan Alkitab peduli
kepada manusia. Tuhan juga mengalami “ekstasi” yang
membawanya keluar dari dirinya untuk tiba pada alam
makhluk yang rentan:
Dan kita harus berani menegaskan (karena ini
adalah kebenaran) bahwa Pencipta alam ini
sendiri, dalam kerinduannya yang indah dan
baik terhadap alam … dibawa keluar dirinya
karena kepeduliannya kepada segala sesuatu
yang wujud … dan dengan demikian keluar dari
takhtanya yang transenden di atas segala
sesuatu untuk berdiam di dalam hati segala
sesuatu, melalui kekuatan ekstatik yang ada
di atas wujud sambil tetap berada dalam
dirinya sendiri. 56
Emanasi telah menjadi pencurahan cinta yang hangat dan
sukarela, bukan sebuah proses yang automatis. Negasi dan
paradoks Denys bukanlah sesuatu yang kita lakukan,
melainkan merupakan sesuatu yang terjadi pada diri kita.
Bagi Plotinus, ekstasi merupakan peristiwa keterpesonaan
~233~ (pustaka-indo)