Page 250 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 250
http://pustaka-indo.blogspot.com
Para sarjana Barat sering menerjemahkan muruwah sebagai
“kejantanan”, namun kata itu memiliki cakupan pengertian
yang jauh lebih luas: muruwah bisa berarti keberanian dalam
peperangan, kesabaran dan ketabahan dalam penderitaan,
dan kesetiaan mutlak kepada suku. Nilai-nilai muruwah
menuntut seorang Arab untuk mematuhi sayyid atau
pemimpinnya setiap saat, tanpa peduli keselamatan dirinya
sendiri: dia harus mendedikasikan diri kepada tugas-tugas
mulia melawan semua kejahatan yang dilakukan terhadap
suku dan melindungi anggota-anggotanya yang lemah. Untuk
menjamin kelangsungan hidup suku, sayyid membagi
kekayaan dan harta miliknya secara merata dan membalas
kematian satu anggotanya dengan membunuh satu anggota
suku si pelaku pembunuhan. Di sini, kita dapat melihat etika
komunal secara sangat jelas: tak ada kewajiban untuk
menghukum pembunuh itu sendiri karena seorang individu
bisa hilang tanpa jejak dalam komunitas, seperti masyarakat
Arab sebelum datangnya Islam. Sebagai gantinya, satu
anggota suku musuh dipandang setara saja dengan yang
lainnya untuk menegakkan maksud semacam itu. Balas
dendam atau utang nyawa balas nyawa merupakan satu-
satunya cara untuk menjamin sedikit keamanan sosial di
wilayah yang tak mengenal kekuasaan sentral ini, di mana
setiap kelompok suku merupakan hukum bagi dirinya sendiri
dan tak terdapat sesuatu yang bisa dipersamakan dengan
angkatan kepolisian zaman sekarang. Jika seorang pemimpin
suku gagal membalas dendam, sukunya akan kehilangan
martabat sehingga suku-suku lain akan merasa bebas untuk
membunuh anggota sukunya tanpa dihukum. Hukum balas,
dengan demikian telah menjadi bentuk keadilan yang lazim.
Ini berarti bahwa tak ada satu suku pun yang dengan
gampang dapat memperoleh yang derajat lebih tinggi
daripada yang lain. Ini juga berarti bahwa berbagai suku
dapat dengan mudah terlibat dalam lingkaran kekerasan
~243~ (pustaka-indo)