Page 292 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 292
http://pustaka-indo.blogspot.com
kedudukan yang setara dengan budak; mereka tak memiliki
hak politik maupun hak asasi, dan pembunuhan bayi
perempuan berlaku di mana-mana. Kaum wanita termasuk di
antara para pengikut awal Muhammad, dan emansipasi
mereka menjadi proyek yang diprioritaskannya. Al-Quran
secara tegas melarang pembunuhan anak-anak perempuan
dan mencela orang-orang Arab yang bersedih jika mendapat
anak perempuan. Al-Quran juga memberikan perempuan
hak-hak hukum dalam soal warisan dan perceraian:
kebanyakan wanita Barat tak memiliki sesuatu yang setara
dengan ini hingga abad kesembilan belas.
Muhammad mendorong wanita untuk berperan aktif dalam
urusan-urusan ummah. Mereka berani mengungkapkan
pendapat karena yakin bahwa suara mereka akan
diperhatikan. Dalam suatu kesempatan, misalnya, kaum
wanita Madinah pernah mengeluh kepada Nabi bahwa kaum
pria melebihi mereka dalam mempelajari Al-Quran dan
meminta beliau untuk membantu mereka mengejar
ketertinggalan itu. Ini dipenuhi oleh Muhammad. Salah satu
pertanyaan mereka yang paling penting adalah mengapa Al-
Quran hanya menyapa kaum pria, padahal wanita juga taat
kepada Tuhan. Hasilnya adalah turunnya wahyu yang
menyapa kaum wanita seperti halnya kaum pria dan
menekankan persamaan moral dan spiritual kedua jenis itu. 35
Sejak itu, Al-Quran cukup sering menyapa kaum wanita
secara eksplisit, sesuatu yang jarang terjadi di dalam kitab
suci Yahudi maupun Nasrani.
Sayangnya, sebagaimana yang terjadi pada Kristen, agama
kemudian dibajak oleh kaum pria yang menafsirkan teks-teks
itu dengan cara yang berpandangan negatif terhadap kaum
wanita. Al-Quran tidak menetapkan hijab, kecuali atas istri
Muhammad, sebagai penanda atas status mereka. Akan
~285~ (pustaka-indo)