Page 295 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 295
http://pustaka-indo.blogspot.com
Islam sama formatifnya dengan penyaliban Yesus di dalam
Kristen.
Politik bukanlah sesuatu yang berada di luar kehidupan
keagamaan pribadi seorang Muslim, seperti dalam Kristen
yang menaruh curiga terhadap kesuksesan duniawi. Kaum
Muslim memandang diri mereka berkewajiban untuk
mewujudkan masyarakat yang adil sesuai dengan kehendak
Tuhan. Ummah memiliki makna sakramental sebagai “tanda”
bahwa Tuhan telah merahmati upaya membebaskan manusia
dari penindasan dan ketidakadilan; kesehatan politik ummah
dalam spiritualitas kaum Muslim menempati posisi yang
hampir sama dengan suatu pilihan teologis (Katolik,
Protestan, Metodis, Baptis) dalam kehidupan seorang
Kristen. Jika orang Kristen merasa aneh dengan pandangan
politik Muslim, mereka mesti sadar bahwa kegemaran
mereka untuk terlibat dalam perdebatan teologis yang
musykil kelihatan sama anehnya menurut pandangan orang
Yahudi dan Muslim.
Oleh karena itu, pada tahun-tahun awal sejarah Islam,
spekulasi tentang kodrat Tuhan sering lahir dari perbincangan
politik tentang kekhalifahan dan kekuasaan. Perdebatan
intelektual tentang siapa dan bagaimana seseorang harus
memimpin ummah merupakan perdebatan penting dalam
Islam yang dapat disetarakan dengan perdebatan soal Yesus
sang manusia dan hakikatnya di dalam Kristen. Setelah
periode empat khalifah pertama, kaum Muslim menyadari
bahwa kini mereka hidup di dunia yang sangat berbeda dari
masyarakat Madinah yang kecil dan terus-terusan berperang
itu. Kini, mereka adalah penguasa di sebuah imperium yang
terus berkembang, dan pemimpin-pemimpin mereka tampak
termotivasi oleh keduniaan dan ketamakan. Para aristokrat
dan penghuni istana hidup dalam kemewahan dan korupsi,
~288~ (pustaka-indo)