Page 294 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 294
http://pustaka-indo.blogspot.com
menandai makna penting politik di dalam Islam, termasuk
konsepsinya tentang Tuhan. Syiah Ali (para pengikut Ali)
tetap menjadi minoritas dan mengembangkan keteguhan
menentang, ditipologikan oleh figur tragis Husain ibn Ali,
cucu Muhammad, yang menolak mengakui Bani Umayah
(yang merebut tampuk kekhalifahan setelah wafatnya Ali ibn
Abi Thalib). Husain dibunuh bersama dengan sejumlah kecil
pendukungnya oleh khalifah Yazid pada tahun 680 di Padang
Karbala, dekat Kufah di wilayah Irak modern. Semua umat
Muslim menganggap pembunuhan tak bermoral atas Husain
ini sebagai horor yang menakutkan. Husain menjadi
pahlawan di kalangan Syiah dan pengingat akan perlunya
menentang tirani sekalipun hingga mengurbankan nyawa.
Pada masa itu, kaum Muslim telah mulai mendirikan
imperium mereka. Empat khalifah pertama telah
memusatkan perhatian pada penyebaran Islam ke imperium
Persia dan Byzantium yang kala itu tengah mengalami
kemunduran. Baru kemudian di bawah pemerintahan
Umayah, ekspansi berlanjut hingga mencapai kawasan Asia
dan Afrika Utara. ekspansi itu kini tidak saja diilhami oleh
agama, tetapi juga oleh semangat imperialisme Arab.
Tak seorang pun di dalam imperium baru itu dipaksa
menganut Islam; bahkan, selama satu abad setelah wafatnya
Muhammad, perpindahan agama tidak terlalu diupayakan
dan, sekitar tahun 700, justru dilarang secara hukum: kaum
Muslim pada saat itu berkeyakinan bahwa Islam diturunkan
hanya untuk orang Arab, seperti halnya Yudaisme hanya
untuk anak-anak Yakub. Sebagai Ahli Kitab, orang Yahudi
dan Kristen diberi kebebasan beragama sebagai dzimmi,
kelompok minoritas yang dilindungi. Ketika khalifah
Abbasiyah mulai mengupayakan perpindahan agama, banyak
orang Semit dan Aria yang hidup di dalam imperium
bersemangat menerima agama baru itu. Keberhasilan ini bagi
~287~ (pustaka-indo)