Page 293 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 293

http://pustaka-indo.blogspot.com
             tetapi,  begitu  Islam  menempati  posisinya  di  dalam  dunia
             berperadaban,  kaum  Muslim  mengadopsi  adat  Oikumene
             yang  menempatkan  kaum  wanita  pada  status  warga  kelas
             dua.  Mereka  mengadopsi  kebiasaan  Persia  dan  Kristen
             Byzantium  untuk  menutup  wajah  kaum  wanita  dan
             mengurung mereka di dalam harem. Dengan cara ini, kaum
             wanita  menjadi  terpinggirkan.  Pada  masa  kekhalifahan
             Abbasiyah  (750-1258),  kedudukan  kaum  wanita  Muslim
             menjadi  sama  jeleknya  dengan  rekan-rekan  mereka  di
             kalangan  masyarakat  Yahudi  dan  Kristen.  Pada  masa
             sekarang,  para  feminis  Muslim  menuntut  kaum  pria  untuk
             kembali kepada semangat asli Al-Quran.


             Ini  mengingatkan  kita  bahwa,  seperti  agama-agama  lain,
             Islam  dapat  ditafsirkan  ke  dalam  sejumlah  cara  yang
             berbeda; akibatnya berkembanglah berbagai sekte dan aliran.
             Yang pertama di antaranya—yakni antara Sunnah dan Syiah
             —terbentuk     dalam     persaingan     memperebutkan
             kepemimpinan  politik  setelah  mangkatnya  Muhammad  yang
             terjadi  secara  tiba-tiba  itu.  Abu  Bakar,  sahabat  dekat
             Muhammad, mendapat dukungan mayoritas, namun sebagian
             orang  yakin  bahwa  sebenarnya  Nabi  sendiri  telah
             menghendaki  Ali  ibn  Abi  Thalib,  saudara  sepupu  dan
             menantunya,  untuk  menjadi  penggantinya  (khalifah).  Ali
             sendiri  menerima  kepemimpinan  Abu  Bakar,  tetapi  selama
             beberapa tahun kemudian dia tampaknya telah menjadi fokus
             kesetiaan  orang-orang  yang  tidak  menyetujui  kebijakan  tiga
             khalifah pertama: Abu Bakar, Umar ibn Khattab, dan Usman
             ibn  Affan.  Akhirnya,  Ali  menjadi  khalifah  keempat  pada
             tahun  656:  orang  Syiah  menyebutnya  Imam  atau  Pemimpin
             pertama ummah.


             Karena  menyangkut  soal  kepemimpinan,  perpecahan  Sunni
             dan  Syii  lebih  bersifat  politik  ketimbang  doktrinal,  dan  ini




                            ~286~ (pustaka-indo)
   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298