Page 297 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 297
http://pustaka-indo.blogspot.com
mencapai takwa, “kesadaran akan Allah” yang diterangkan
dalam Al-Quran dan dijalani oleh Nabi, berupa ingatan yang
tak henti-hentinya kepada Tuhan (zikir). Banyak perdebatan
di sekitar kesahihan Sunnah dan hadis: sebagian di antaranya
dianggap lebih autentik daripada yang lain. Akan tetapi,
sesungguhnya persoalan keabsahan historis dapat
dikesampingkan jika dihadapkan dengan fakta betapa
efektifnya tradisi-tradisi itu, yang telah terbukti mampu
menghadirkan rasa sakramental tentang yang ilahi dalam
kehidupan jutaan umat Muslim selama berabad-abad.
Hadis atau kumpulan ajaran Nabi selain berkenaan dengan
persoalan sehari-hari, juga menyangkut persoalan metafisika,
kosmologi, dan teologi. Sebagian dari ajaran ini diyakini
merupakan firman Tuhan sendiri kepada Muhammad (hadis
qudsi). Hadis qudsi menekankan kedekatan dan kehadiran
Tuhan di dalam diri seorang yang beriman. Salah satu hadis
terkenal, misalnya, menguraikan tahapan-tahapan
pemahaman seorang Muslim tentang kehadiran ilahi yang
seolah hampir berinkarnasi dalam dirinya: dimulai dengan
menaati perintah-perintah Al-Quran dan syariat, lalu
meningkat ke arah amal baik yang dilakukan secara sukarela:
Tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri
kepada-Ku dengan (mengamalkan) apa yang
paling Aku sukai dari yang Kuwajibkan
kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku
selalu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan
(mengamalkan) perbuatan-perbuatan yang
dianjurkan terkecuali Aku akan mencintainya.
Maka jika Aku mencintainya, Aku akan menjadi
telinganya (yang dipergunakannya) untuk
mendengar, matanya untuk melihat, tangannya
36
untuk memegang, dan kakinya untuk berjalan.
Sebagaimana dalam Yudaisme dan Kristen, Tuhan yang
~290~ (pustaka-indo)