Page 452 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 452
http://pustaka-indo.blogspot.com
tentang Tuhan pasti bersifat paradoks. Hanya dengan
demikian orang bisa mempertahankan rasa tentang misteri
dan ketakterjangkauannya. Palamas menuliskannya sebagai
berikut:
Kita dapat berpartisipasi dalam hakikat
ilahi, namun pada saat yang sama dia secara
keseluruhan tetap tak terjangkau. Kita perlu
menegaskan keduanya pada waktu yang bersamaan
dan mempertahankan antimoni sebagai kriteria
65
bagi doktrin yang benar.
Tak ada yang baru dalam doktrin Palamas karena semua itu
pernah dirumuskan oleh Symeon sang Teolog Baru pada
abad kesebelas. Namun, Palamas ditentang oleh Barlaam the
Calabrian, yang pernah belajar di Italia dan sangat kuat
dipengaruhi oleh Aristotelianisme rasionalistik Thomas
Aquinas. Dia menentang pembedaan tradisional Yunani
antara esensi Tuhan dengan energinya dan menuduh
Palamas memecah Tuhan ke dalam dua bagian yang
terpisah. Barlaam mengajukan definisi tentang Tuhan yang
merujuk kembali kepada kaum rasionalis Yunani kuno dan
menekankan simplisitas mutlaknya. Para filosof Yunani,
seperti Aristoteles yang, menurut Barlaam, secara istimewa
telah dicerahkan oleh Tuhan, mengajarkan bahwa Tuhan
tidak bisa diketahui dan jauh dari alam. Tidaklah mungkin,
oleh karena itu, bagi manusia untuk “melihat” Tuhan:
manusia hanya bisa merasakan pengaruhnya secara tidak
langsung di dalam kitab suci atau kehebatan penciptaan.
Barlaam dikecam oleh Konsili gereja Ortodoks pada tahun
1341, tetapi mendapat dukungan dari para pendeta lain yang
juga telah terpengaruh oleh Aquinas. Pada dasarnya ini
merupakan konflik antara Tuhan kaum mistik dan Tuhan para
filosof. Barlaam dan para pendukungnya, Gregory Akindynos
(yang senang mengutip Summa Theologiae versi Yunani),
~445~ (pustaka-indo)