Page 460 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 460
http://pustaka-indo.blogspot.com
yang disebut konservatisme pada periode ini sebagai
“kemandekan”. Dia mengemukakan bahwa tak ada
masyarakat sebelum era kita ini yang dapat mengupayakan
atau membayangkan kemajuan dalam skala yang sekarang
2
kita rasakan. Para pakar Barat sering menyebut kaum
Muslim abad kelima belas dan keenam belas telah gagal
mengambil manfaat dari Renaisans Italia. Benar bahwa
peristiwa itu merupakan perkembangan budaya yang besar di
dalam sejarah, tetapi tidak melebihi atau tidak banyak
berbeda dari kebangkitan Dinasti Sung di Cina, misalnya,
yang telah mengilhami kaum Muslim selama abad kedua
belas. Renaisans itu penting bagi Barat, tapi tak seorang pun
di saat itu bisa meramalkan kelahiran era teknologi modern
yang, baru belakangan disadari, ternyata telah
diindikasikannya. Jika kaum Muslim tidak terkesan pada
Renaisans Barat ini, tidak secara mutlak berarti adanya
kesenjangan kultural yang parah. Kaum Muslim, tidak
mengherankan, lebih memusatkan perhatian pada prestasi
mereka sendiri yang tak kalah besarnya selama abad kelima
belas.
Kenyataannya, Islam tetap merupakan kekuatan dunia
terbesar pada periode ini, dan Barat dengan takut-takut
menyadari bahwa Islam kini berada di pintu gerbang Eropa.
Selama abad kelima belas dan keenam belas berdiri tiga
kekaisaran baru Islam: kekaisaran Turki Usmani di Asia
Kecil dan Eropa Timur, kekaisaran Shafawi di Iran, dan
kekaisaran Moghul di India. Perkembangan baru ini
memperlihatkan bahwa ruh Islam tidak mati, tetapi masih
memberikan inspirasi bagi kaum Muslim untuk kembali
bangkit meraih keberhasilan baru setelah terjadinya bencana
dan perpecahan. Masing-masing kekaisaran ini mencapai
kemajuan budaya yang luar biasa: kebangkitan Syafawi di
Iran dan Asia Tengah secara menarik mirip dengan
~453~ (pustaka-indo)