Page 462 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 462
http://pustaka-indo.blogspot.com
pemerintahan kerajaan. Syiah hasil reformasi menghapuskan
tarekat-tarekat sufi yang ada di wilayah kekuasaan mereka
dengan cara yang mengingatkan kita pada pembubaran
biara-biara oleh Protestan. Tidak mengherankan jika mereka
mengilhami kekerasan yang sama di kalangan kaum Sunni
kerajaan Usmani, yang menindas Syiah di wilayah kekuasaan
mereka. Karena merasa berada di garis depan perlawanan
terhadap pasukan Salib Barat, orang-orang Usmani juga
mengembangkan sikap keras terhadap warga Kristen.
Namun demikian, adalah keliru untuk melihat seluruh
pemerintahan Iran sebagai fanatik. Ulama Syiah Iran
meragukan Syiah reformis ini: berbeda dengan kaum Sunni,
mereka menolak untuk “menutup pintu ijtihad” dan
menekankan hak mereka untuk menafsirkan Islam secara
mandiri, lepas dari pengaruh para Syah. Mereka menolak
Dinasti Syafawi—dan setelah itu Qajar—sebagai pengganti
para imam. Sebaliknya, mereka menggabungkan diri dengan
rakyat guna menentang penguasa dan menjadi pembela
ummah melawan tekanan kerajaan di Isfahan dan, kemudian,
di Teheran. Mereka mengembangkan tradisi yang melindungi
hak para pedagang dan fakir miskin dari gangguan para
Syah. Mereka pula yang berhasil memobilisasi rakyat
menentang rezim korup Syah Muhammad Reza Pahlavi pada
tahun 1979.
Syiah Iran juga mengembangkan falsafah mereka sendiri,
yang melanjutkan tradisi mistik Suhrawardi. Mir Damad (w.
1631), pendiri falsafah Syiah ini, adalah seorang ilmuwan
sekaligus teolog. Dia mengidentifikasikan Cahaya ilahi
dengan pencerahan figur-figur simbolik semacam Nabi
Muhammad Saw. dan para imam. Seperti Suhrawardi, dia
juga menekankan unsur psikologis pengalaman keagamaan.
Namun, eksponen terkemuka dari mazhab Iran ini adalah
murid Mir Damad, Shadr Al-Din Syirazi, yang biasa dikenal
~455~ (pustaka-indo)