Page 463 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 463

http://pustaka-indo.blogspot.com
             dengan  sebutan  Mulla  Shadra  (kl.  1571-1640).  Banyak
             Muslim  masa  sekarang  memandangnya  sebagai  tokoh
             terbesar  di  antara  semua  pemikir  Islam,  dan  menyebut
             karyanya  sebagai  penggabungan  metafisika  dan  spiritualitas
             yang telah menjadi ciri filsafat Islam. Akan tetapi, dia baru
             dikenal di Barat beberapa waktu belakangan ini dan, ketika
             tulisan ini dibuat, baru satu dari sekian banyak karyanya yang
             telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

             Seperti  Suhrawardi,  Mulla  Shadra  berkeyakinan  bahwa
             pengetahuan  bukanlah  sekadar  soal  pemerolehan  informasi,
             melainkan sebuah proses transformasi. Alam al-mitsal  yang
             dideskripsikan oleh Suhrawardi merupakan hal penting dalam
             pemikirannya:  dia  juga  memandang  mimpi  dan  visi  sebagai
             bentuk kebenaran tertinggi. Oleh karena itu, Syiah Iran masih
             tetap  memandang  mistisisme  sebagai  jalan  paling  memadai
             untuk  menemukan  Tuhan  melebihi  sains  murni  dan
             metafisika.  Mulla  Shadra  mengajarkan  bahwa imitatio  dei,
             meniru  Tuhan,  merupakan  tujuan  filsafat  dan  tidak  bisa
             dibatasi pada satu kredo atau iman saja. Sebagaimana telah
             ditunjukkan  oleh  Ibn  Sina,  hanya  Tuhan,  sang  realitas
             tertinggi,  yang  mempunyai  eksistensi  (wujud)  sejati,  dan
             realitas tunggal inilah yang membimbing seluruh mata rantai
             wujud dari alam suci hingga tingkat debu yang paling bawah.
             Mulla  Shadra  bukanlah  seorang  panteis.  Dia  memandang
             Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu yang ada: wujud-
             wujud yang kita lihat dan alami hanyalah wadah-wadah yang
             menampung Cahaya ilahi dalam bentuk yang terbatas. Akan
             tetapi,  Tuhan  juga  transenden  terhadap  realitas  duniawi.
             Kesatuan semua wujud tidak berarti bahwa hanya Tuhanlah
             yang  ada,  namun  serupa  dengan  kesatuan  antara  matahari
             dan  cahaya  yang  memancar  darinya.  Seperti  Ibn  Al-Arabi,
             Mulla  Shadra  membedakan  antara  esensi  Tuhan  dan
             manifestasinya yang beragam. Pandangannya tidak berbeda




                            ~456~ (pustaka-indo)
   458   459   460   461   462   463   464   465   466   467   468