Page 464 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 464
http://pustaka-indo.blogspot.com
dengan para hesychast Yunani dan Kabbalis. Dia
memandang seluruh kosmos memancar dari esensi Tuhan
untuk membentuk “satu mutiara” dengan banyak lapisan,
yang bisa juga dikatakan bersesuaian dengan tingkat
pengungkapan diri Tuhan melalui sifat-sifat atau tanda-
tandanya (ayat). Lapisan-lapisan itu juga mewakili tahap-
tahap upaya manusia untuk kembali kepada Sumber wujud.
Penyatuan dengan Tuhan tidak harus terjadi di alam akhirat.
Seperti sebagian hesychast, Mulla Shadra berkeyakinan
bahwa penyatuan itu bisa diraih di dunia ini melalui
pengetahuan. Tak perlu dikatakan bahwa yang
dimaksudkannya tentulah bukan pengetahuan rasional saja:
dalam pendakiannya menuju Tuhan, seorang mistikus harus
berjalan melewati alam al-mitsal, alam visi dan imajinasi.
Tuhan bukanlah suatu realitas yang bisa diketahui secara
objektif, melainkan bisa ditemukan di dalam daya pembuat-
citra yang ada dalam diri setiap Muslim. Ketika Al-Quran
dan hadis berbicara tentang surga, neraka, atau singgasana
Tuhan, pembicaraan itu tidak merujuk pada realitas yang
berada di dalam lokasi tersendiri, melainkan pada dunia yang
ada di dalam batin, tersembunyi di bawah tabir fenomena
indriawi:
Segala yang dicita-citakan manusia, segala
yang diinginkannya, seketika itu juga hadir
baginya, atau dengan kata lain: menggambarkan
keinginan itu dengan sendirinya merupakan
pengalaman kehadiran real objek-objeknya.
Tetapi, senang dan suka adalah ungkapan surga
dan neraka, baik dan jahat, semua balasan
yang dapat dicapai manusia di akhirat,
bersumber dari “Aku” sejati dirinya sendiri,
yang terbentuk sesuai dengan niat dan
rencana-rencananya, keyakinan terdalamnya,
3
dan perilakunya.
~457~ (pustaka-indo)