Page 461 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 461

http://pustaka-indo.blogspot.com
             Renaisans Italia, keduanya mengekspresikan diri secara luas
             melalui  seni  lukis  dan  secara  kreatif  kembali  ke  akar-akar
             pagan kebudayaan mereka. Namun, di tengah kekuatan dan
             kebesaran  ketiga  kekaisaran  ini,  apa  yang  disebut  sebagai
             semangat konservatif masih tetap menyala. Jika kaum mistik
             dan filosof terdahulu, semacam Al-Farabi dan Ibn Al-Arabi,
             secara sadar membukakan bidang pemikian baru, periode ini
             justru  menghidupkan  dan  menegaskan  kembali  tema-tema
             lama.  Ini  sulit  untuk  diapresiasi  oleh  Barat,  karena  para
             peneliti telah lama mengabaikan fenomena Islam yang lebih
             modern  ini,  dan  juga  karena  para  filosof  dan  penyair
             berharap  pikiran  para  pembacanya  dipenuhi  oleh  citra  dan
             ide-ide masa lalu.

             Namun dalam hal ini terdapat beberapa kesejajaran dengan
             perkembangan  di  Barat  pada  masa  itu.  Bentuk  baru  Syiah
             Dua  Belas  telah  menjadi  sekte  resmi  di  Iran  di  bawah
             pemerintahan  Dinasti  Syafawi,  dan  menandai  awal
             permusuhan  antara  Syiah  dan  Sunni  yang  belum  pernah
             terjadi  sebelumnya.  Hingga  saat  itu  Syiah  memiliki  banyak
             kesamaan dengan Sunni yang lebih intelektual atau mistikal.
             Akan  tetapi,  selama  abad  keenam  belas,  keduanya
             membentuk    kubu   berlawanan   yang    secara   amat
             menyedihkan mirip dengan peperangan sektarian yang terjadi
             di Eropa pada masa yang sama. Syah Ismail, pendiri Dinasti
             Syafawi,  naik  ke  tampuk  pemerintahan  di  Azerbaijan  pada
             tahun  1503  dan  berhasil  meluaskan  wilayah  kekuasaannya
             hingga ke Iran dan Irak di sebelah barat. Dia bertekad untuk
             menghapuskan  Sunni  dan  memaksakan  Syiah  dengan
             kekerasan  yang  belum  pernah  dilakukan  sebelumnya.  Dia
             memandang dirinya sebagai imam bagi generasinya. Gerakan
             ini memiliki beberapa kemiripan dengan Reformasi Protestan
             di Eropa: keduanya sama-sama berakar pada tradisi protes,
             menentang  aristokrasi,  dan  terkait  dengan  penegakan




                            ~454~ (pustaka-indo)
   456   457   458   459   460   461   462   463   464   465   466