Page 86 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 86

http://pustaka-indo.blogspot.com
             keberadaannya di dunia material konkret kita ini.

             Meski  pendekatannya  begitu  membumi  dan  perhatiannya
             besar kepada fakta ilmiah, Aristoteles memiliki pemahaman
             yang  tajam  tentang  hakikat  dan  arti  penting  agama  dan
             mitologi.  Dia  mengemukakan  bahwa  orang-orang  yang
             terlibat  dalam  berbagai  misteri  agama  tidak  perlu
             mempelajari  fakta  apa  pun  “kecuali  mengalami  emosi  dan
                              35
             disposisi  tertentu”.   Inilah  dasar  dari  teori  sastranya  yang
             terkenal bahwa tragedi mengakibatkan purifikasi (katharsis)
             rasa takut dan iba yang berujung pada pengalaman kelahiran
             kembali.  Tragedi-tragedi  Yunani,  yang  pada  awalnya
             merupakan  bagian  dari  festival  keagamaan,  tidak  mesti
             menghadirkan  kisah  faktual  peristiwa-peristiwa  sejarah,
             tetapi  berupaya  mengilhami  kebenaran  yang  lebih  serius.
             Bahkan, sejarah lebih remeh daripada puisi dan mitos: “Yang
             satu  menguraikan  apa  yang  telah  terjadi,  yang  lainnya  apa
             yang mungkin terjadi. Karena itu, puisi adalah sesuatu yang
             lebih  serius  dan  filosofis  daripada  sejarah;  karena  puisi
             berbicara tentang apa yang universal, sedangkan sejarah apa
                            36
             yang partikular.”  Mungkin atau tidak mungkin ada seorang
             Achilles  atau  Oedipus  historis,  tetapi  fakta-fakta  kehidupan
             mereka  tidak  relevan  dengan  karakter  yang  kita  saksikan
             dalam  Homer  dan  Sophocles,  yang  mengekspresikan
             kebenaran  yang  berbeda,  tetapi  lebih  mendalam  tentang
             kondisi  manusia.  Uraian  Aristoteles  tentang  katharsis
             tragedi  merupakan  presentasi  filosofis  atas  kebenaran  yang
             telah  dipahami  Homo  religiosus  secara  intuitif:  presentasi
             simbolis, mitikal, dan ritual atas peristiwa-peristiwa yang tak
             tertanggungkan dalam kehidupan sehari-hari dapat menebus
             dan mentransformasikannya menjadi sesuatu yang murni dan
             bahkan menyenangkan.

             Gagasan  Aristoteles  tentang  Tuhan  berpengaruh  besar



                            ~79~ (pustaka-indo)
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91