Page 87 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 87
http://pustaka-indo.blogspot.com
terhadap monoteis selanjutnya, khususnya terhadap orang
Kristen di dunia Barat. Dalam Physics, dia menganalisis
hakikat realitas dan struktur serta substansi semesta. Dia
mengembangkan apa yang kemudian berkembang menjadi
versi filosofis teori emanasi kuno tentang kisah penciptaan:
Ada hierarki eksistensi, masing-masing memberi bentuk dan
mengubah yang di bawahnya. Akan tetapi, tidak seperti
mitos kuno, dalam teori Aristoteles, emanasi semakin
melemah ketika semakin jauh dari sumbernya. Pada puncak
hierarki ini terdapat Penggerak yang Tidak Digerakkan, yang
oleh Aristoteles diidentifikasi sebagai Tuhan. Tuhan ini
merupakan wujud murni dan, dengan demikian, abadi, tidak
berubah, dan spiritual. Tuhan ini adalah akal murni, pada saat
yang sama merupakan yang berpikir dan yang dipikirkan
sekaligus, terlibat dalam waktu abadi untuk berkontemplasi
tentang dirinya sendiri, objek pengetahuan tertinggi. Karena
materi tidak abadi dan lemah, tidak ada unsur materi di dalam
Tuhan atau tingkat wujud yang lebih tinggi. Penggerak yang
Tidak Digerakkan mengakibatkan semua gerak dan aktivitas
di alam semesta, karena setiap pergerakan pastilah
mempunyai sebab yang dapat dilacak kembali kepada
sumber yang tunggal. Dia mengaktifkan dunia melalui sebuah
proses penarikan, karena semua wujud tertarik ke arah
Wujud itu sendiri.
Manusia berada dalam posisi istimewa: jiwa kemanusiaannya
mempunyai akal karunia ilahi, yang membuatnya serumpun
dengan Tuhan dan ikut ambil bagian dalam hakikat keilahian.
Kapasitas akal yang ilahiah ini meletakkannya dalam posisi
yang lebih tinggi daripada tumbuhan dan hewan. Akan tetapi,
sebagai tubuh dan jiwa, manusia adalah mikrokosmos
keseluruhan alam semesta. Dalam dirinya termuat bahan
paling dasar dari alam semesta sekaligus akal yang ilahiah.
Kewajibannyalah untuk menjadi abadi dan ilahiah dengan
~80~ (pustaka-indo)