Page 82 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 82

http://pustaka-indo.blogspot.com
             memperjelas  gagasan  mereka  lewat  pertanyaan-pertanyaan
             kritis yang diajukannya. Akan tetapi, Sokrates dihukum mati
             pada  399  SM  dengan  tuduhan  merusak  para  pemuda  dan
             murtad.  Dalam  cara  yang  tidak  berbeda  dengan  yang
             ditempuh  orang  India,  Plato  kecewa  terhadap  upacara-
             upacara  kuno  dan  mitos-mitos  agama  yang  menurutnya
             merendahkan  dan  tidak  layak.  Plato  juga  telah  dipengaruhi
             filosof  abad  keenam  SM,  Pythagoras  yang  mungkin  sekali
             telah  terpengaruh  gagasan-gagasan  dari  India,  yang
             menyebar melalui Persia dan Mesir. Dia juga percaya bahwa
             jiwa  adalah  bagian  zat  ilahi  yang  terjatuh,  tercemar,  dan
             terperangkap dalam tubuh seperti dalam sebuah kuburan dan
             terhukum untuk menjalani siklus kelahiran kembali yang tiada
             habisnya.  Dia  telah  menyuarakan  pengalaman  semua
             manusia tentang rasa keterasingan di dunia yang tampaknya
             bukan merupakan unsur sejati kita. Phytagoras mengajarkan
             bahwa  jiwa  bisa  dibebaskan  melalui  penyucian  ritual,  yang
             akan  memampukan  manusia  mencapai  harmoni  dengan
             semesta yang teratur. Plato juga meyakini eksistensi realitas
             suci dan tak berubah yang melampaui dunia indriawi, bahwa
             jiwa adalah sepenggal keilahian, unsur yang terlepas darinya,
             terpenjara dalam tubuh tetapi mampu meraih kembali status
             keilahiannya  dengan  cara  penyucian  daya  nalar  pikiran.
             Dalam mitos gua yang populer, Plato melukiskan kegelapan
             dan keburaman kehidupan manusia di bumi: manusia hanya
             mampu melihat bayang-bayang realitas abadi yang terpantul
             di dinding gua. Namun, lambat laun manusia mampu keluar
             lalu  mencapai  pencerahan  dan  pembebasan  dengan  melatih
             pikirannya memperoleh cahaya ilahi.

             Pada  akhir  hayatnya,  Plato  mungkin  telah  meninggalkan
             doktrinnya  tentang  bentuk-bentuk  atau  ide-ide  abadi,  tetapi
             gagasan  ini  justru  menjadi  krusial  bagi  banyak  monoteis
             ketika mereka berupaya mengungkapkan konsepsi ketuhanan




                            ~75~ (pustaka-indo)
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87