Page 80 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 80
http://pustaka-indo.blogspot.com
satu-satunya dambaan kehidupan kita,
kedamaian yang abadi, terselubung, dan tak
terpahami. 32
Beberapa penganut Buddha mungkin berkeberatan atas
pembandingan ini karena mereka merasa konsep tentang
“Tuhan” begitu terbatas untuk dapat menuangkan konsepsi
mereka tentang realitas tertinggi. Umumnya hal ini
disebabkan kaum teistik menggunakan kata “Tuhan” secara
terbatas untuk merujuk kepada wujud yang terlalu berbeda
dari kita. Sebagaimana para guru Upanishads, Buddha
mengajarkan bahwa nirvana tidak bisa didefinisikan atau
didiskusikan seakan-akan ia berbeda dari realitas manusia.
Mencapai nirvana tidak sama dengan “naik ke langit”
seperti yang sering dipahami orang Kristen. Buddha selalu
menolak untuk menjawab pertanyaan tentang nirvana atau
tentang hal-hal luhur lainnya karena pertanyaan semacam itu
“tidak layak” dan “tidak pantas”. Kita tidak bisa
mendefinisikan nirvana karena kata-kata dan konsep kita
terbelenggu oleh dunia indriawi dan perubahan. Pengalaman
adalah satu-satunya “bukti” yang terandalkan. Murid-
muridnya akan mengetahui bahwa nirvana ada hanya
karena latihan mereka menjalani kehidupan yang baik akan
memampukan mereka melihatnya.
Wahai para rahib, ada yang tak dilahirkan,
tak menjadi, tak diciptakan, tak tersusun.
Jika, wahai para rahib, tidak ada yang tak
dilahirkan, tak menjadi, tak diciptakan, dan
tak tersusun ini, maka tentu tak akan ada
jalan keluar bagi yang dilahirkan, yang
menjadi, yang diciptakan, yang tersusun.
Tetapi karena ada yang tak dilahirkan, yang
tak menjadi, yang tak diciptakan, dan yang
tak tersusun, maka ada jalan keluar bagi yang
dilahirkan, yang menjadi, yang diciptakan,
~73~ (pustaka-indo)