Page 100 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 100
terhadap penguasa Orde Baru — yang mesin politiknya dimainkan
oleh Golkar, sehingga Golkar tetap memiliki dosa sejarah terha-
dap bangsa ini.
Sebagai "agama" baru, kehebatan konsep KBK tidak terle-
tak pada esensinya yang mampu menjawab seluruh permasalahan
pendidikan nasional, tapi terletak pada "kesakralannya" itu sen-
diri. Dan sebagai sesuatu yang sakral, ia selalu dibicarakan dari
hari ke hari, dari mulut ke mulut. Tapi sekali lagi, tingkat eskalasi
pembicaraannya bukan karena KBK merupakan mantra yang
ampuh atau obat mujarab bagi sistem pendidikan nasional yang
sedang sakit, melainkan karena orang merasa berdosa atau belum
lengkap kalau tidak mengatakan soal KBK, setiap kali bicara
soal pendidikan nasional. Mereka takut dikatakan ketinggalan
informasi, seolah-olah tidak tahu perkembangan baru dalam du-
nia pendidikan atau malah takut berdosa.
Kehebatan konsep KBK itu sendiri masih memerlukan
waktu untuk pengujiannya. Sang waktulah yang akan berbicara
kelak, apakah KBK sungguh-sungguh merupakan mantra ampuh
atau obat mujarab bagi pendidikan yang sedang sakit, atau akan
mengalami nasib seperti konsep-konsep pendidikan yang lain-
nya, seperti pendidikan humaniora (masa Menteri Pendidikan
Nugroho Notosusanto) dan pendidikan sistem ganda (liuk and
match) pada masa Menteri Pendidikan Wardiman Djojonegoro.
Keduanya bertahan hanya selama yang melontarkan konsepnya
menjabat sebagai Menteri Pendidikan, dan kemudian tenggelam
tertelan oleh perjalanan sang waktu bersamaan dengan lengser-
nya kekuasaan.
Sebagai orang awam dalam bidang pendidikan, penulis
tidak ingin berharap terlalu banyak dan terlalu jauh dari konsep
KBK tersebut, tapi lebih ingin melihat dinamika perkembangan
yang ada di lapangan. Pertama, apakah konsep KBK itu telah
dipahami oleh setiap guru yang terlibat dalam proses pembelajar-
an? Apakah tidak ada perbedaan persepsi yang mendasar pada
setiap guru dalam menafsirkan konsep KBK? Bila konsep terse-