Page 105 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 105
soal bahasa komunikasi, yaitu Bahasa Inggris. Sedangkan kuri-
kulumnya tetap mengacu pada pada Pasal 36-38, tentang kuri-
kulum nasional.
1. Antara K B K dan Life Skill
Sebelum memasuki diskusi lebih lanjut, sekadar menyama-
kan persepsi, penulis setuju dengan rumusan mengenai kompeten-
si yang diartikan sebagai kemampuan dasar (ability) yang
dibutuhkan seseorang dalam melakukan sesuatu secara efektif.
Di dalam terminologi pendidikan, kompetensi yang dimaksud
adalah performa yang tampak pada kemampuan yang ditun-
jukkan (observable) dan terukur (measurable).
Dalam pembelajaran, kompetensi merupakan serangkaian
kemampuan dasar serta sikap dan nilai penting yang dimiliki
peserta didik setelah dididik dan dilatih melalui pengalaman
belajar (learning experiences) yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Kompetensi bersifat individual, kontekstual,
dinamis, aktual, dan berkembang secara berkelanjutan, sejalan
dengan tingkat perkembangan peserta didik serta perkembang-
an yang terjadi dalam berbagai segi kehidupan secara keseluruhan.
Berdasarkan rumusan di atas, serta kecenderungan praktik
pendidikan di lapangan yang memperlihatkan adanya pola-pola
sentralisasi atau penyeragaman baru dalam pendidikan nasional
melalui KBK, penulis tertarik mendiskusikan kembali kritik J.
Drost yang termuat dalam tulisannya berjudul "Kurikulum Ber-
tujuan Kompetensi" (Kompas, 29/7/2002). Secara kritis J. Drost
mempertanyakan "Kurikulum berbasis atau bertujuan Kompe-
tensi?" Menurutnya, kurikulum berbasis kompetensi itu tidak
mungkin ada. Kurikulum sebagai alat dalam proses pembelajaran
tidak dapat mempunyai basis, dasar. Yang ada adalah kurikulum
yang bertujuan kompetensi, yang harus memungkinkan untuk
meluluskan para pelajar yang memang kompeten. Untuk semua
sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah jelas. Lulusan harus