Page 110 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 110
dasar, sedangkan Kepala Pusat Kurikulum memberikan tekanan
pada tingkat aplikasinya.
Para guru yang menjadi pelaksana pendidikan di lapangan,
memiliki persepsi yang berbeda lagi soal KBK. Mereka mem-
persepsi bahwa KBK merupakan suatu paket kurikulum yang
didatangkan secara khusus dan dilaksanakan secara khusus
dengan menggunakan prasarana dan sarana secara khusus pula.
Ibaratnya, ia sudah merupakan barang jadi sehingga guru tinggal
melaksanakannya. Oleh sebab itu, muncul kegamangan pada
para guru untuk melaksanakan KBK, ketika mereka menghadapi
kenyataan bahwa KBK ternyata tidak seperti yang mereka per-
kirakan. Kegamangan itu tercermin dari keluhan-keluhan mereka
tentang minimnya prasarana dan sarana, kurang adanya per-
siapan dalam penyusunan silabus, rencana pembelajaran, peng-
kajian metode yang akan digunakan, serta sistem evaluasinya
yang berbeda. Mereka yang mengajar di sekolah-sekolah swasta
berpendapat lain. Di sekolah-sekolah swasta, KBK sulit berjalan
karena adanya kebijakan guru lintas sekolah —mengajar di dua
atau lebih sekolah —dengan mata pelajaran yang berbeda (Kom-
pas, 21/4/2001).
Adanya keragaman pandangan atau persepsi itu adalah
suatu kewajaran dalam hidup manusia. Tapi ketika sebuah pan-
dangan harus diturunkan ke dalam kebijakan atau bahkan
diimplementasikan di lapangan, maka keragaman yang terus
dipertahankan itu menjadi masalah tersendiri. Sebab, kalau
diturunkan dalam bentuk kebijakan, wujudnya seperti apa dan
dan bagaimana mengimplementasikannya? Oleh sebab itu,
sebelum diimplementasikan di lapangan, konsep KBK tersebut
harus diperjelas terlebih dulu.
3. Kekeliruan dalam Pembacaan
Munculnya konsep "kalah bersaing" yang merambah ke
dalam sistem pendidikan nasional itu jangan-jangan akibat dari