Page 107 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 107
lingkungan sekolah. Sekolah-sekolah yang berada di daerah
pesisir, misalnya, cocok mengembangkan basis kompetensi dalam
bidang kelautan atau pesisir. Sebaliknya, sekolah-sekolah yang
berada di daerah agraris patut mengembangkan basis kompe-
tensi yang berkaitan dengan dunia pertanian. Sebab, itulah
potensi dasar yang dimiliki oleh murid dan harus dikembangkan
oleh sekolah. Bila murid-murid di daerah pesisir atau agraris
tiba-tiba diharapkan memiliki kompetensi dasar dalam bidang
teknologi komputer atau cas-cis-cus dalam kemampuan berbahasa
Inggris, maka itu sebetulnya sama dengan mencerabut mereka
dari akar-akar lingkungan geografis, ekonomis, sosial, dan bu-
daya mereka. Akibatnya, setelah lulus mereka tidak memiliki
kompetensi untuk mengembangkan diri pribadi maupun ling-
kungan daerahnya, tapi justru menjadi kaum migran di kota-
kota besar dengan harapan dapat tetesan pekerjaan dari industri-
industri raksasa dalam bidang elektronika. Bila ini yang terjadi,
maka KBK itu sebetulnya salah kedaden (salah sejak awal). Sebab,
KBK yang semula diharapkan dapat menumbukan sikap keman-
dirian pada lulusannya, ternyata malah menciptakan ketergan-
tungan baru akibat kekeliruan cara baca kita terhadap suatu ma-
salah.
Sebelum telanjur salah kedaden, karena masih dalam taraf uji
coba, maka lebih baik konsep KBK itu dikritisi terlebih dulu se-
jak awal. Untuk mengkritisinya, kita dapat mengajukan beberapa
pertanyaan dasar, seperti adakah anak-anak itu memiliki kom-
petensi dasar yang dapat dikembangkan? Bila ada, seperti apa
kompetensi dasar yang mereka miliki? Lalu akan dikembang-
kan seperti? Bagaimana cara pengembangannya? Untuk apa dan
untuk siapa kompetensi dasar itu dikembangkan: diri sendiri,
lingkungan geografis, ekonomi, sosial, budaya, atau untuk pa-
sar tenaga kerja (global)?
Rumusan mengenai wujud, cara, dan peruntukan hasil pe-
ngembangan itu menjadi sangat penting, karena hal tersebut
menyangkut bentuk, metodologi, dan tujuan akhir dari suatu