Page 103 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 103

Kurikulum Berbasis Kompetensi: "Agama" Baru dalam Pendidikan Nasional


              di  Dinas  Pendidikan  di  tingkat  kabupaten/kota  dan  para  guru,
              setiap  kali  bicara  soal  KBK  penuh  semangat.  Namun   ketika
              penulis  tanyakan,  apa  yang  diberikan  kepada  murid  (di  masing-
              masing  daerah)  untuk  mewujudkan    KBK  tersebut? Jawabannya
              seperti  orang  sedang  melakukan  koor  atau  paduan  suara  yang
              amat  merdu   dan  seragam,  yaitu  pelajaran  Bahasa  Inggris  dan
              Komputer   sejak SD.  Mengapa   kedua  jenis  tersebut  yang  diberi-
              kan?  Karena,  itu  sesuai  dengan  tuntutan  globalisasi.  Anak-anak
              Indonesia  ke depan  harus  memiliki  kemampuan   berkomunikasi
              dengan  bangsa  lain —oleh sebab  itu,  harus bisa berbahasa  Inggris
              sejak dini —serta menguasai  teknologi informasi (komputer) agar
              mampu    bersaing  di  pasaran  kerja.

                   "KBK  dan Globalisasi"  tampaknya   merupakan   suatu  idiom
              yang  tidak  terpisahkan.  Seolah-olah,  adanya  KBK  untuk  meres-
              pons  globalisasi.  Oleh  sebab  itu,  bila  kita  merunut  jawaban
              mereka  yang seragam  dari atas sampai  bawah  (guru)  tadi,  hal  itu
              jelas  mencerminkan adanya   kesalahan  dalam memahami    konsep
              KBK, sehingga   KBK hanya dimengerti   dalam  konteks yang amat
              sempit,  yaitu  menyiapkan  murid  memasuki  pasaran  kerja  di  era
              globalisasi.  Bagi penulis, jawaban  itu sungguh menggelikan karena
              ada  semacam   remote  control  dari  atas  sampai  bawah  mengenai
              masalah  KBK  ini, sehingga jawaban seorang Kepala  Dinas dengan
              jawaban  guru  di satu  tempat dan  tempat  lain  sama. Maka, sebuah
              fenomena   baru  yang  dapat  kita  saksikan  adalah,  setiap  murid
              sejak  Kelas  I  SD  atau  bahkan  Taman  Kanak-kanak  (TK)  sudah
              diperkenalkan   dengan  dua  pelajaran  tadi,  yaitu  Bahasa  Inggris
              dan  Komputer.   Pengelola  atau  Kepala  Sekolah  merasa  berdosa
              atau ada yang kurang kalau sekolahnya   tidak memberikan   materi
              pelajaran  Bahasa  Inggris  dan  Komputer.

                   Fenomena    tersebut  tidak  hanya  ditemukan   di  wilayah
              Jabodetabek   (Jakarta,  Bogor,  Depok,  Tangerang,  dan  Bekasi)
              atau  di  Jawa  saja —yang  infrastruktur  fisik  maupun  sosialnya
              sudah  mendukung —tapi    dari  Sumatra  sampai  Papua.  Di  mana-
              mana,  murid  sejak SD sudah  diajarkan  Bahasa  Inggris dan  Kom-
              puter  dengan  argumentasi  yang  sama  pula:  agar  lulusan  pendi-
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108