Page 101 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 101

but  belum  dipahami  oleh  semua  guru,  apakah  konsep  tersebut
              langsung  akan  diterapkan  di  semua  sekolah?  Bagaimana  upaya
              yang  ditempuh   oleh  birokrat  pendidikan  untuk  menyosialisasi-
              kan  konsep tersebut secara  benar,  agar setiap orang yang terlibat
              dalam  proses pembelajaran  tidak memiliki  perbedaan fundamen-
              tal,  yang  pada  akhirnya  menimbulkan   kesulitan  pada  tingkat
              implementasinya?   Kedua,  bila  secara  konseptual  sudah dipahami,
              bagaimana   cara  mengimplementasikannya?     Apakah  implemen-
              tasi  KBK  di  lapangan  sungguh-sungguh    dapat  sesuai  dengan
              yang  diharapkan   oleh  para  konseptornya,  atau  akan  bernasib
              sama  dengan   konsep  Kurikulum   Muatan   Lokal  (Mulok),  yang
              mengalami   banyak   distorsi  sehingga  tidak  tepat  sasaran?

                   Secara  konseptual,  Kurikulum   Muatan  Lokal  (Mulok)  itu
              bagus,  karena menurut  para perancangnya, hal  itu dimaksudkan
              untuk  mengakomodasi    potensi-potensi  lokal  yang  ada  di  sekitar
              sekolah  guna  menghindarkan    terjadinya  murid  tercerabut  dari
              akar-akar  lingkungan  geografis,  ekonomis,  sosial,  dan  budaya.
              Tapi  apa  yang  terjadi  di  lapangan?

                   Dalam   praktiknya  di  lapangan,  Kurikulum  Muatan  Lokal
              menjadi  tersentral  di  tingkat propinsi.  Artinya, pelajaran Muatan
              Lokal  di  sekolah  satu  dan  lainnya  dalam  satu  provinsi  itu  sama.
              Yang   membedakan    hanya  provinsi  satu  dengan  provinsi  lain.
              Itu  pun  tidak  semuanya.  Sebagai  contoh,  antara  Jawa  Tengah,
              Jawa  Timur,  dan  DIY,  yang  memiliki  basis  budaya  Jawa,  pela-
              jaran  Muatan  Lokalnya  sebagian  sama,  yaitu  Bahasa  dan  Kese-
              nian Jawa.  Demikian  pula semua sekolah yang berada di wilayah
              administratif  Provinsi Jawa  Barat  Muatan  Lokalnya  sama,  yaitu
              Bahasa  dan  Kesenian  Sunda.  Mata  pelajaran  semacam  itu  jelas
              tidak  terlalu  bermanfaat  bagi  para  pelajar  yang  tinggal  yang
              tinggal  di  wilayah  Bekasi,  Depok,  dan  Tangerang  yang  alam
              pergaulan  mereka  lebih banyak  menggunakan    Bahasa  Indonesia
              dan  sebagian  bahasa  campuran   (Jawa,  Sunda,  Batak,  Madura,
              dan  lain-lain.),  karena  mayoritas  mereka  adalah  pendatang yang
              tidak  memiliki  latar  belakang  budaya  Sunda.
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106