Page 158 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 158

Ke  depan,  bila  guru  tidak  ingin  dimarjinalisasikan  dalam
              pembangunan     nasional,  maka  guru  sendiri  yang  harus  menolak
              untuk dimarjinalkan oleh siapa   pun, termasuk oleh organisasinya.
              Bila  para  guru  sendiri  tetap  patuh  pada  birokrasi  yang  korup,
              kolusi,  nepotisme  (termasuk   dalam  pengangkatan    kepala  seko-
              lah),  dan  menindas,  maka  sulit  mengharapkan    ada  perubahan
              posisi  guru  dalam  pembangun    nasional.  Meskipun   gaji  mereka
              dinaikkan  setiap  saat,  tetapi  kalau  sikap  ketundukan  itu  tetap
              mereka  pelihara,  maka  posisi  politik  guru  tetap  di  bawah  ketiak
              para  pengurus   PGRI,  birokrasi  pendidikan,   atau  partai  politik
              tertentu  yang  mencoba  memanfaatkan    isu  guru  untuk  mendong-
              krak  image  dan  mengatrol  suara  mereka.  Kecenderungan    sema-
              cam  itu cukup kuat, seperti  terlihat menjelang Pemilu 2004.  Bahkan,
              massa  yang ukup    besar  itu  pun  dimanfaatkan  oleh  penggede  PGRI
                           c
              sendiri  untuk  kepentingan  politik  mereka  dengan  menjadi   ang-
              gota  DPD    (Dewan    Perwakilan    Daerah)   pada   Pemilu   2004.
              Padahal,  kalau  disimak  secara  cermat,  kewenangan   DPD   dalam
              pengambilan    keputusan,  termasuk   peluangnya    untuk  memper-
              juangkan   nasib  guru   itu  amat  kecil.  Sehingga,  alasan  bahwa
              menjadi anggota DPD dengan maksud agar dapat memperjuangkan
              nasib  guru,  secara  otomatis  batal.


                   Terbukanya    iklim  berdemokrasi,  yang  memberi    kebebasan
              bagi  setiap  guru  untuk  menyatakan  pendapatnya   dan  berserikat,
              memberikan     peluang   bagi  guru  untuk   meningkatkan     posisi
              politiknya  agar  tidak  termarjinalisasi  terus  menerus. Setiap  guru
              bebas  menyatakan     kehendaknya    untuk   mengikuti    organisasi
              mana   yang  dipandang    paling  memperjuangkan     nasibnya,   dan
              bebas  untuk  keluar  dari  organisasi  yang  tidak  melindungi  diri-
              nya.  Tumbuhnya organisasi-organisasi guru    independen   yang ada
              di  setiap  daerah  merupakan  peluang   yang  baik  untuk  pengem-
              bangan  demokratisasi    pada  tingkat  guru,  sehingga  guru  tidak
              harus menjadi anggota    organisasi  guru  yang  bernama  PGRI,  tapi
              juga dapat menjadi anggota atau   membentuk organisasi guru     lain-
              nya.  Di  organisasi  buruh  saja, sekarang  telah  berkembang  puluh-
              an  Serikat  Buruh.  Bukan  lagi  hanya SPSI  (Serikat  Pekerja Seluruh
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163