Page 154 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 154
Kedua, pendapatan guru yang tidak memadai di satu pihak,
dan pada pihak lain tuntutan kebutuhan konsumtif yang makin
tinggi, memaksa guru harus melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang berlawanan dengan profesinya, seperti menjadi pengojek,
berdagang, calo, dan lain-lain. Betul, pekerjaan tersebut halal
dan sah-sah saja untuk dilaksanakan. Tapi problemnya, prinsip-
prinsip dasar yang ada pada pekerjaan tersebut berbeda dengan
nilai-nilai yang diajarkan seorang guru di sekolah. Di sekolah,
guru harus mengajarkan soal kejujuran dan kebenaran. Tapi
mana ada calo yang jujur? Ngojek pun perlu tipu menipu. Kepada
penumpang yang dikenal asing, pasti akan dikenai biaya tinggi.
Kecuali itu, bila ternyata yang diojeki adalah muridnya, bagai-
mana guru harus bersikap? I lal-hal emacam itu pasti akan mem-
s
pengaruhi relasi antara murid-guru yang semakin longgar. Hal
lain yang ditimbulkan oleh profesi-profesi di luar mengajar itu
adalah terkurasnya energi guru sehingga kesempatan untuk bela-
jar tidak ada lagi. Lalu guru mengajar secara asal-asalan, tanpa
persiapan yang matang.
Ketiga, proses rekrutmen guru yang didasari oleh kolusi
dan nepotisme mengakibatkan guru dalam menjalankan tugasnya
selalu dilatarbelakangi oleh motif-motif ekonomis, dengan harap-
an agar cepat dapat mengembalikan modal yang dipakai untuk
uang pelicin. Tidak sedikit guru yang sekaligus menjalankan peran
pedagang di hadapan murid dan atau orang tua murid, sekadar
untuk mengejar pendapatan tambahan. Akibat peran guru
sebagai calo itu menjadikan masyarakat tidak respek lagi terhadap
guru, yang telah menjadi pedagang atau bahkan calo industri
penerbitan buku atau wisata. Dulu, tabu hukumnya bagi guru
yang melakukan transaksi jual beli di hadapan murid, tapi sekarang
transaksi itu justru dilakukan dengan murid atau orang tua murid
secara langsung.
Keempat, merosotnya status sosial guru itu juga sebagai
akibat dari ledakan pendidikan yang terjadi sejak 1974, bersa-
maan dengan pembangunan SD Inpres di hampir semua desa.
Pada waktu itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru di SD-