Page 152 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 152
honorer di sekolah-sekolah negeri konon justru sering mem-
peroleh perlakuan yang lebih menyakitkan karena mereka sering
diperlakukan sebagai pengemis: pengemis am mengajar, penge-
j
mis honor, dan fasilitas lainnya. Seakan-akan yang mereka laku-
kan itu berbeda sekali dengan yang dilakukan oleh para guru
negeri sendiri. Nasib para guru honor di sekolah-sekolah negeri
sangat tergantung pada budi baik kepala sekolah. Bila kepala
sekolah memandang guru itu cukup manutan, tidak kritis, maka
akan diberi jam mengajar, tapi bila dipandang ngrecoki (meng-
ganggu karena kekritisannya), maka tidak akan diberi jam meng-
ajar lagi alias di-PHK.
Jadi jelaslah bahwa dengan kata lain, sekolah yang seharus-
nya mengajarkan soal kebenaran, keadilan sosial, toleransi, dan
solidaritas sosial itu pada praktiknya melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan yang seharusnya diajarkan. Para pimpinan
sekolah negeri (yang didukung oleh para guru yang suka men-
jilat) sebenarnya memberikan contoh yang kurang baik bagi pen-
didikan melalui tindakan mereka yang diskriminatif dan
semena-mena terhadap para guru honorer. Padahal, rekrutmen
guru honorer di sekolah-sekolah negeri itu juga dilakukan secara
sadar untuk menutupi kebutuhan kekurangan guru pelajaran.
Tapi ironisnya, ketika sudah masuk di dalamnya malah tidak
diperlakukan secara wajar.
Para guru negeri, selama masa Orde Baru, memang meng-
s
alami marjinalisasi dalam emua segi kehidupan. Tapi sejak refor-
masi, mereka secara ekonomis harus diakui telah mengalami
beberapa kali perbaikan. Perbaikan itu terutama terjadi pada
masa Presiden B.J. Habibie dan Gus Dur. Artinya, secara berta-
e
hap status konomi mereka terus ditingkatkan melalui perbaikan
kesejahteraan mereka. Demikian pula secara politis, posisi guru
juga dinaikkan melalui adanya otonomi guru. Sayang, pemberian
otonomi guru itu masih setengah-setengah, sehingga secara
empiris belum memberikan peningkatan posisi tawar pada guru
terhadap birokrasi pendidikan. Tapi sekali lagi para guru negeri
itu relatif lebih baik dibanding para guru swasta yang tidak