Page 151 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 151

Marjinalisasi,  baik  secara  ekonomi,  politik,  sosial,  maupun
               budaya yang paling   menyedihkan    terjadi  pada  guru-guru  swasta,
               baik  di  kota-kota  besar  maupun  kota-kota  kecil  atau  bahkan  di
               desa-desa,  baik  di  sekolah-sekolah  kere (miskin)  maupun  sekolah-
                                                        s
                                            s
               sekolah elite.  Posisi mereka ama saja: ama-sama terpuruk. Yang
               membedakan     hanya  soal  tampangnya    doang.  Artinya,  guru-guru
               yang  mengajar   di  sekolah  elite  dan  di  kota-kota  besar,  karena
               tuntutan  profesi,  tampangnya    agak  keren,  sedangkan   yang   di
               sekolah-sekolah   kere  dan  di  desa  lagi,  tampangnya  agak  lusuh
               dan  kurang  percaya  diri.  Tapi  secara  subtstansial  mereka  meng-
               alami  masalah   yang  sama,  yaitu  terpuruknya   posisi  mereka  di
               hadapan   murid   maupun    masyarakat   secara  luas.

                    Baik  secara  ekonomi,   politik,  maupun  budaya,   guru-guru
               swasta  itu  mengalami  marjinalisasi ganda:  dari  penguasa  negara
               maupun    penguasa   yayasan.  Dan  mereka   tidak  pernah  memiliki
               bayangan   kapan  dirinya  akan  terbebas  dari  bayang-bayang ceng-
               keraman   seperti  itu. Dengan  kata  lain, guru-guru swasta  itu  sampai
               sekarang dalam   posisi  hopeless  (tanpa  pengharapan),  kecuali  harap-
               an  akan  datangnya   bencana  yang  lebih  buruk  lagi.

                    Situasi  lebih  buruk  yang  dialami  oleh  para  guru   swasta
               (baik  yang  ada  di  sekolah-sekolah  swasta   maupun    para  guru
               honorer  di  sekolah-sekolah  negeri)  itu  sebagai  akibat  dari  saling
               lempar   tanggung awab     antara  pemerintah   dengan   pengusaha
                                   j
               sekolah.  Pemerintah   menganggap     bahwa   guru-guru   swasta  itu
                        t
                                   j
               menjadi anggung awab       para  pengusaha  sekolah.  Asumsi  peme-
               rintah,  kalau  mau  mendirikan sekolah  mestinya juga  harus berani
               bertanggung awab.     Sebaliknya,  para  pengusaha   sekolah  swasta
                             j
               berdalih  bahwa  dirinya  hanya  membantu    pemerintah   turut  men-
               cerdaskan   masyarakat.   Oleh  sebab  itu,  seharusnya  pemerintah
               memperhatikan orang     yang  telah  membantu   dirinya  untuk  men-
               cerdaskan   bangsa.

                    Akibat  saling  lempar  tanggung awab     tersebut,  nasib  para
                                                       j
                     s
               guru wasta    bukan  makin  baik,  tapi  malah  makin  buram,  karena
               tidak  tahu  persis  kapan  akan  mengalami   perbaikan.  Para  guru
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156