Page 146 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 146
Gaji guru, seperti gaji pegawai negeri sipil lainnya, sengaja
dibuat rendah agar posisi tawar guru terhadap penguasa rendah,
sehingga tidak memiliki keberanian untuk melawan, karena
keberanian untuk melawan itu diidentikkan dengan hilangnya
sumber-sumber pendapatannya sebagai seorang guru. Guru
secara sengaja diciptakan memiliki ketergantungan ekonomis
kepada penguasa, karena guru akan selalu mengidentikkan pe-
nguasa adalah negara dan penguasalah yang sumber-sumber
ekonomi mereka.
Meskipun gaji guru rendah, kebijakan menaikkan gaji guru
negeri tidak otomatis berdampak pada peningkatan kualitas
guru. Cermati saja, misalnya, kenaikan tunjangan fungsional guru
hingga rata-rata menjadi di atas Rp 200.000, dan tunjangan kepa-
da guru swasta sebesar Rp 75.000 untuk tingkat SD-SMTA dan
Rp 50.000 untuk guru TK (Kompas, 19/12/2000) pada tahun 2001,
tidak otomatis memacu guru untuk lebih berkembang. Bagi guru-
guru swasta, kebijakan itu memang baru pertama kali setelah
lebih dari 55 tahun turut mencerdaskan bangsa, baru sekarang
nasibnya diperhatikan. Selama itu, mereka menjadi bagian dari
J
aparatus negara, tapi nasibnya disuruh urus sendiri. Orang awa
bilang, pemerintah itu urik alias curang. Jadi, khusus untuk guru
swasta kebijakan baru itu belum dapat dilihat secara objektif.
Tapi untuk guru-guru negeri, baik yang mengajar di sekolah-
sekolah negeri maupun swasta (Guru Dpk), kenaikan tunjangan
fungsional yang terjadi pada masa Pemerintahan Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur itu cukup signifikan jumlahnya. Hanya dalam
waktu tiga tahun (pasca 22 Mei 1998-awal 2001), gaji guru nege-
ri meningkat hampir tiga kali lipat. Pertama kali perbaikan gaji
guru itu dilakukan oleh Presiden B.J. Habibie dengan memberi-
kan uang penyesuaian sebanyak Rp 150.000 per bulan untuk
semua guru. Lalu, Presiden Abdurrahman Wahid menaikkan
tunjangan fungsional rata-rata di atas Rp 200.000. Pada masa
Orde Baru, tunjangan fungsional guru dibedakan oleh golongan
dan paling tinggi Rp 50.000. Baik B.J. Habibie maupun Gus Dur
selain menaikkan tunjangan fungsional juga menaikkan gaji