Page 144 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 144
Secara politis marjinalisasi guru itu dilakukan sejak masa
Orde Baru melalui berbagai bentuk: penyeragaman pakaian dinas,
keharusan hanya ada satu organisasi guru (PGRI), memperkuat
fungsi pengawas pendidikan, penataran-penataran yang lebih
bernada indoktrinatif, kurikulum dan buku pelajaran yang di-
rancang sentralistik, metodologi pengajaran yang sama, serta
sistem evaluasi yang sentralistik pula. Semua itu secara evolutif
mempengaruhi pola pikir sekaligus membentuk sikap guru men-
jadi nritno, menurut, dan membeo saja.
Penataran-penataran, terutama P4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila), pakaian seragam, dan keharusan
hanya ada satu organisasi guru —itu semua bagian dari indoktri-
nasi sekaligus pengarahan sikap politik guru untuk tetap menjadi
pendukung utama penguasa, sehingga guru tidak boleh memiliki
orientasi politik lain kecuali ke Golkar. Proses indoktrinasi itu
semakin efektif karena fungsi pengawas pendidikan berjalan
secara baik. Dan perlu diketahui, fungsi pengawas itu sejak masa
Orde Baru sampai sekarang adalah sebagai institusi kontrol
terhadap jalannya pendidikan. Gerak-gerik guru mudah diketahui
melalui pengawas. Pada p e r k e m b a n g a n berikutnya, pem-
bentukan K3S Kelompok Kerja Kepala Sekolah), yang sekarang
(
(
ganti baju menjadi MKKS Musyawarah Kerja Kepala Sekolah),
juga menjadi mesin kontrol yang efektif terhadap guru.
Sedangkan sentralisasi kurikulum dapat berdampak pada
proses marjinalisasi guru, karena kurikulum yang dirancang
secara sentralistik tidak memungkinkan guru memiliki kebebasan
atau kemerdekaan untuk mengembangkan diri sesuai dengan
minat dan kemampuannya. Rancangan kurikulum itu memposi-
sikan guru hanya sebagai instrumen perpanjangan tangan
birokrasi dan penguasa untuk melakukan kontrol terhadap mu-
rid. Dari soal bahan yang harus diajarkan, metode mengajar,
soal yang harus diberikan, hingga cara menjawabnya sudah di-
tentukan dari atas. Guru ibaratnya hanya menjadi penekan tom-
bol, yang akan bergerak sesuai dengan komando-komando yang
mereka terima. Dalam analisis Ignas Kleden (Kompas, 2/1/2002),