Page 140 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 140

Bila  dicermati  gerakan  guru  selama  masa  pemerintahan  Gus
              Dur,  maka hanya   PGRI  sajalah yang  menyederhanakan persoalan
              guru  itu  pada  masalah  gaji  yang  rendah,  sehingga  perjuangan
              mereka   selama  masa   reformasi  hanya   terfokus  pada  kenaikan
              gaji guru saja. Perjuangan mereka  itu  pun sebetulnya  lebih dimak-
              sudkan   untuk  "menebus    dosa",  karena  selama   32  tahun  telah
              menjadikan    guru  sebagai  alat  legitimasi  kekuasaan,  sehingga
              keberadaan   PGRI  tidak  membuat guru   sejahtera,  tapi  malah  tam-
              bah  menderita.

                   Selain  untuk  "menebus    dosa"  agresifnya,  PGRI   memper-
              juangkan kenaikan   gaji  guru  hingga  200%  dengan  menggerakkan
              aksi  demo  ke  Senayan  dan  Istana, juga  secara  transparan  dibaca
              oleh  banyak  pihak  sebagai  bagian  dari  konspirasi  elite  politik
              untuk   menjatuhkan     Pemerintahan     Presiden    A b d u r r a h m a n
              Wahid.  Terbukti   gerakan  itu  hanya  mampu    memobilisasi   para
              guru  di  Jawa  Barat  yang  secara  kultural  tidak  memiliki  ikatan
              emosional   dengan  Presiden   Abdurrahman     Wahid.   Belakangan,
              Presiden   Abdurrahman     Wahid    sendiri  melalui  media   massa
              menuding   gerakan   itu  disponsori  oleh  dua  mantan  pejabat  Orde
              Baru, yaitu  Ginanjar Kartasasmita dan  Fuad  Bawazier.   Meskipun
              tudingan  itu  tidak  pernah  dibuktikan  di  pengadilan,  para  guru
              di  daerah  lain  pun  percaya  pada  tudingan  itu  karena  mereka
              ternyata  tidak  mampu  digerakkan   untuk  ikut-ikutan  demontrasi.
              Mereka   membaca    aroma  politik  demo  guru  itu  lebih  kental  di-
              banding   tuntutan  murni   untuk  perjuangan   para  guru   sendiri.
              Para  guru  PNS  di  Banyumas   malah  melakukan    aksi  demo  yang
              menolak   kenaikan   gaji,  karena  kenaikan  gaji  itu  justru  dinilai
              mengusik   rasa  ketidakadilan   masyarakat   yang   masih  dilanda
              krisis  ekonomi.


                   Mereka   yang  menilai  bahwa  guru  sekarang   tidak  layak  di-
              gaji  tinggi  didasarkan  pada   kenyataan    di  lapangan,  bahwa
              mayoritas   guru   kita  m e m a n g  menjadi  guru  hanya   karena
              keterpaksaan   ketika  tidak  bisa  diterima  bekerja  di  sektor  lain
              yang  memberikan     hasil  lebih  besar.  Karena  menjadi  guru  itu
              sebuah   keterpaksaan,    maka   dalam   menjalankan     profesi  itu
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145