Page 159 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 159
Indonesia) yang merupakan organisasi buruh bentukan Orde
Baru, tapi ada banyak Serikat Buruh, seperti SPSI Reformasi,
Serikat Buruh Jabotabek, SBSI (Serikat Buruh Seluruh Indone-
sia), GSBI (Gerakan Serikat Buruh Indonesia), SPN (Serikat
Pekerja Nasional), dan masih banyak lagi. Padahal, dilihat dari
tingkat pendidikannya, rata-rata pendidikan buruh lebih rendah
daripada guru. Bila buruh saja memiliki keberanian yang tinggi
untuk berserikat, masa guru kalah dengan buruh?
Pada masa demokrasi, tidak ada satu pun hukum di negeri
ini yang menyatakan bahwa hanya boleh ada satu organisasi
guru di negeri ini yang bernama PGRI. Jadi, tidak ada larangan
bagi guru untuk membentuk organisasi guru yang lebih indepen-
den dan mampu memperjuangkan nasib mereka. Hanya jika guru
memiliki independensi semacam itu, maka proses marjinalisasi
guru secara politis, ekonomis, dan budaya dapat dilawan. Tapi
bila guru masih tetap saja menjadi makhluk yang manut, tunduk,
penakut, pengecut, dan penjilat pada atasan maupun birokrasi
pendidikan, maka selama itu pula proses marjinalisasi guru tetap
akan berlangsung. Jadi hukumnya untuk melawan proses mar-
jinalisasi itu adalah "keberanian"! Kalau tidak berani dan terus
dilanda ketakutan: ketakutan dipindahkan, ketakutan diperlam-
bat kenaikan pangkatnya, takut distop gajinya, atau bahkan takut
dipecat, maka berhentilah mengeluh kalau posisi guru termar-
jinalisasi, karena posisi Anda pantasnya memang hanya di situ!