Page 223 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 223
beda. Bila model kelas jauh masih tetap dipertahankan, justru
bisa menjadi bumerang bagi institusi pendidikan yang menjadi
induknya.
/
Belajar dari pengalaman di S M P di kampung saya, yang
ditutup tidak boleh membuka kelas filial, maka saya pun memiliki
keyakinan bahwa PTN/PTS dengan nilai akreditas A plus pun
tidak layak membuka kelas jauh, karena proses produksi di per-
guruan tinggi itu memang berbeda sekali proses produksi di
perusahaan-perusahaan manufaktur atau jasa komersial. Produk-
s
si ilmu pengetahuan di PT mementingkan segi proses, edangkan
di industri manufaktur atau jasa komersial lain yang penting
adalah hasil akhirnya. Apa beda U G M dan ITB dengan PT
Sampoerna (produsen rokok Dji Sam Soe) yang bisa membuka
cabang di mana-mana dengan cara menjalin kerja sama, misal-
nya? Atau apa beda UGM dan ITB dengan lembaga-lembaga
bimbingan tes yang punya cabang di seluruh Indonesia?
Perguruan tinggi itu adalah suatu kesatuan komunitas an-
tara dosen, mahasiswa, laboran, perpustakaan, dan tenaga admi-
nistrasi. Perolehan nilai A dalam akreditasi ebuah PTS itu adalah
s
akumulasi dari berbagai kekuatan yang terkoordinasi secara
baik, seperti dosen yang berkualitas, prasarana dan sarana pendi-
dikan yang lengkap, proses belajar mengajar yang berlangsung
disiplin, karya dosen maupun mahasiswa, serta manajemen yang
secara keseluruhan bagus. Bila kemudian PT yang sama mem-
buka cabang di lain daerah, tidak otomatis cabangnya akan ber-
kembang baik, karena faktor-faktor yang menyebabkan dipero-
lehnya nilai A itu tidak bisa dipindahkan ke PT yang merupakan
cabangnya.
Kuatnya sebuah perguruan tinggi (PT) tidak hanya tergan-
tung pada dosen, tapi juga dukungan prasarana dan sarana, se-
perti perpustakaan yang lengkap, laboratorium yang memadai,
lingkungan akademis yang kondusif, dan komunitas yang ada
di dalamnya. Dan dengan demikian, kalau dosennya yang ber-
gelar profesor doktor itu kemudian diterbangkan dari Jawa ke