Page 219 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 219
pengetahuan-ilmu pengetahuan tersebut dari induknya, yaitu
filsafat.
Terlepas dari argumen yang dibangun oleh masing-masing
pihak antara yang pro dengan Program Khusus maupun yang
kontra, dan entah ada hubungan dengan kritik terbuka tersebut
atau tidak, yang pasti setahun kemudian, Program Khusus ter-
sebut kemudian ditutup. Pada tahun ajaran 1987/88 Fakultas
Filsafat UGM tidak menerima mahasiswa baru lagi melalui Prog-
ram Khusus. Rekrutmen mahasiswa baru di Fakultas Filsafat
hanya melalui satu pintu, yaitu Sipenmaru (Sistem Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Tetapi ironisnya, beberapa tahun kemudian setelah Fakultas
Filsafat menghapus Program Khusus, di lingkungan UGM mulai
1992 dan PTN lainnya, marak dibuka program ekstensi. Pada
awalnya program ekstensi yang dibuka itu hanya setara dengan
Diploma III, tapi kemudian berkembang menjadi SI, S2, dan S3.
Fakultas Filsafat UGM pun sekarang turut kembali membuka
program ekstensi yang dulu sudah dihapus. Tetapi motivasi pem-
bukaan program eksitensi sekarang berbeda dengan pembukaan
Program Khusus dulu, yaitu lebih untuk mencari uang berkaitan
dengan proses privatisasi pendidikan tinggi negeri. Berbeda
dengan Program Khusus yang sistem penerimaannya murni ber-
dasarkan hasil tes tersebut, program ekstensi di lingkungan UGM
itu pada tahap-tahap awal diwarnai dengan percaloan. Saya
masih teringat, seorang kawan mahasiswa di UGM pada tahun
1993 hunting mencari calon mahasiswa ekstensi untuk Program
Studi Komunikasi dengan tarif antara Rp 1.500.000-Rp 3.000.000.
Akibat masuk menggunakan sistem percaloan dan setelah masuk
ternyata fasilitas yang didapat tidak sesuai dengan yang dijan-
jikan itu, maka di beberapa PTN mahasiswa program ekstensi
pernah melakukan demonstrasi, sebagai bentuk protes atas bu-
ruknya fasilitas belajar yang dinilai tidak sesuai dengan janji.
Sekarang, program ekstensi itu berkembang di semua per-
guruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Dan bukan hanya