Page 217 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 217
renaiaiKan KusaK-rcusaKan
dengan menerapkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus
(NKK) dan Badan Koordinasi Kehasiswaan (BKK). Salah satu
bukti bila kampus tidak normal adalah bahwa ilmu pengetahuan
s
di dalam kampus ditanggapi, diperlakukan secara tidak empur-
na, tidak lengkap, dan semakin lama menjadi hanya sebagai
s
produk, kurang dihargai sebagai proses dan emakin lama sema-
kin jauh dari masyarakat (community). Kampus yang normal ada-
lah secara esensial yang memperlakukan ilmu pengetahuan sekali-
gus dalam artiannya yang lengkap, yaitu dalam artian produk,
proses, dan masyarakat (Tempo, %/\2/\979, hlm. 51).
Pada satu sisi, kita dapat memperdebatkan konsep NKK
dan BKK yang dinilai banyak kalangan telah mendepolitisasi
gerakan mahasiswa, tapi pada sisi lain kritik Dr. Daoed Joesoef
bahwa masyarakat cenderung memperlakukan ilmu pengeta-
huan sebagai produk, bukan proses, merupakan suatu hal yang
patut dicermati. Kritik itu sesuai dengan kenyataan. Bahkan iro-
nisnya, sistem pendidikan yang seharusnya menjaga dan men-
junjung tinggi proses itu justru turut mengabaikan proses hanya
demi kepentingan yang pragmatis dan reduksionis.
Kecenderungan mahasiswa yang berpikir secara instan itu
bertemu dengan kepentingan dosen yang ingin ngobyek mencari
proyek. Orang Jawa mengatakan: "tumbu oleh tutup" (bertemu-
nya dua keinginan menjadi satu kesatuan). Mahasiswa ingin
serba instan, edangkan dosen ingin serba cepat. Maka sekarang
s
ini banyak sekali dosen yang menggabungkan jam kuliahnya
dalam bentuk kuliah sehari penuh atau dua hari berturut-turut.
Secara normal, seorang dosen melakukan tatap muka dengan
mahasiswa selama 16 kali selama satu semester. Bila setiap kali
pertemuan selama 120 menit, maka pertemuan 16 kali sama
s
dengan 1.920 menit. Banyak dosen ekarang beranggapan bahwa
yang terpenting target waktu 1.920 menit atau 32 jam itu terpe-
nuhi, maka akan bertemu selama satu minggu berturut-turut
pun tidak masalah, tidak harus dipecah menjadi 16 kali pertemu-
an. Anggapan semacam itu jelas keliru. Karena, perjumpaan 16
j
kali dan setiap kali berjumpa dibatasi hanya dua am saja itu