Page 216 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 216

Bila  beban  itu  kemudian   dipaksakan   untuk  dilaksanakan
              dalam  waktu  satu-dua   bulan,  maka  jelas  sekali  ada  suatu  proses
              yang  hilang,  karena  kapasitas  otak  kita  tidak  mampu  menam-
              pung  semua   input  itu  dalam  waktu  singkat.  Akibatnya,  ada  hal-
              hal  yang  dianggap  tidak  substansial  dibuang.  Padahal,   sangat
              mungkin   yang  dianggap   tidak  prinsipil  itu  amat  berguna  dalam
              kehidupan.   Ijasah  dan  gelar  memang  bisa  diraih secepatnya,  tapi
              ilmu  pengetahuannya    tidak  bisa  diraih  dalam  waktu  sekejap.

                   Sikap  pragmatis  dan  reduksionis   itulah  yang  melegitimasi
              terjadinya  praktik ual   beli  gelar  dan  kebijakan  yang   rusak-
                                   j
              rusakan  dalam   bidang   pendidikan,   termasuk   membuka     kelas
              jauh.  Gelar  diobral  lewat  iklan  di  media  massa,  seperti  obral
              produk-produk    industri  lainnya,  karena  memang   banyak  orang
              yang  ingin  membeli  gelar,  terutama  para  pejabat  yang  memang
                                                                    l
                                                       "
              gila  gelar.  Muncullah  kemudian  istilah doktor kaki ima"  sebagai
              bentuk  sinisme  terhadap  gelar-gelar  doktor  yang  banyak  disan-
              dang  oleh  para  bupati,  artis,  atau  paranormal.

                   Pada masa Menteri   Pendidikan dan Kebudayaan Fuad      Hassan,
              muncul   larangan  penggunaan     gelar  MBA.  Tetapi  sekarang,  di
              banyak  tempat   dijumpai  iklan  obral  MBA,  BBA,  doktor,  profe-
              sor,  dan  sebagainva.  Dan  orang  sepertinya  tidak  merasa   risih
              menggunakan    gelar-gelar  tersebut,  meskipun  orang di  sekitarnya
              tahu  kalau  orang yang  bersangkutan   tidak  pernah  ke  luar  negeri
              untuk  belajar  dan  memperoleh    gelar  tersebut.  Yang  diketahui
              oleh  masyarakat  adalah,  tiba-tiba  orang  tersebut  menggunakan
              gelar  MBA,  BBA,  atau  bahkan  profesor  doktor sekaligus.  Tulisan
              nama  orang  dengan   di  depannya  ditambahi   gelar  Prof.  Dr.  Son-
                                                              t
              toloyo,  MA.MBA,    PhD  misalnya,  sering  kita emukan   di  masya-
              rakat.  Memang    agak  rancu,  di  depan  nama  terdapat   kata  Dr.
              (doktor),  tapi  di  belakang  tertulis  Ph.D.  Itu  bukan  suatu  cermin
              ketidaktahuan,   tapi  disengaja  untuk  pamer  gelar  saja.

                   Memperlakukan      ilmu  pengetahuan     semata-mata    sebagai
              produk itulah  yang menjadi   keprihatinan  Dr.  Daoed Joesoef pada
                                                                      (
              waktu  menjadi  Menteri  Pendidikan   dan  Kebudayaan 1978-1983)
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221