Page 225 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 225

Mestinya   pemerintah,   dalam   hal  ini  Direktorat  Jendral  Pendi-
               dikan  Tinggi  Departemen    Pendidikan   Nasional,  sangat  selektif
               dalam   memberikan    izin  pendirian  Program  Pascasarjana   untuk
               PTN   maupun   PTS.  Hanya   PTN/PTS    yang  memiliki  sekian  dok-
               torlah  mestinya  yang  diperbolehkan   membuka     Program   Pasca-
               sarjana.  Ini  bila  menghendaki  Program  Pascasarjana  di  Indone-
               sia  memiliki  kewibawaan.

                                              l
                    Berdasarkan   fakta-fakta apangan    yang  amat buruk   itu,  dan
               demi  terciptanya  kualitas  pendidikan  yang   lebih  baik  di  negeri
               ini,  maka  model-model     program   ekstensi,  program   semester
               pendek,  UMPTN     dua  kali  setahun  itu,  program  kelas jauh,  baik
               yang  diselenggarakan    oleh  PTN  maupun    PTS,  sebaiknya  ditia-
               dakan.  Sedangkan    Program   Pascasarjana   di  PTN  maupun    PTS
               yang  mutu   SI  nya  masih  diragukan   sebaiknya   ditutup.  Harus
               sangat   selektif  dalam  memberikan      izin  pendirian  Program
               Pascasarjana,  baik  kepada  PTN  maupun    PTS.  Baik  PTN  maupun
               PTS  yang  tidak  jelas  kredibilitasnya  tidak  perlu  diizinkan  mem-
               buka  Program    Pascasarajana,  agar  program   tersebut  tetap  ber-
               bobot,  bukan  sebagai  kebanggaan emu      bagi  pengelola  maupun
                                                    s
               yang  kuliah  di  sana.  Apalah  artinya  S2  kalau  ternyata  membuat
               kerangka   penulisan  tesis  saja  tidak  mampu?  Biarkan  sedikit  PTS
               dan  PTN   saja  yang  membuka    Program   Pascasarjana,  asal  ber-
               mutu;  daripada  banyak  PTN-PTS ang     membuka     Program  Pasca-
                                                   y
               sarjana  tapi  tidak  bermutu  sama  sekali.

                    Model   pengelolaan   pendidikan   tinggi  yang  rusak-rusakan
               itu  dapat  berdampak  luas  pada  pengelolaan  institusi  pendidikan
               yang  lebih  rendah,  mengingat para  lulusan  perguruan  tinggi  yang
               rusak-rusakan   itu  pada  akhirnya  juga  harus  mendapakan    lapa-
               ngan  kerja  baru,  dan  salah satunya  adalah  menjadi guru  di  insti-
               tusi  pendidikan  di  bawahnya.  Cara  berpikir  dan  bekerja  mereka
               yang  asal-asalan  selama  duduk   di  bangku  kuliah  itu  kemudian
               terinternalisasi  ke dalam  diri  mereka, sehingga  ketika  mengelola
               pendidikan   pada   tingkat  yang  lebih  rendah  pun  mereka   asal-
               asalan  saja.
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230