Page 86 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 86

skill.  Tapi jangan  bertanya apa  dan  bagaimana  konsep  K B K  mau-
              pun  life skill  itu, atau  apa  beda  K B K dengan  life skill,  karena  mereka
              memang    tidak  memahaminya.

                   Kedua,  karena  sudah  terbiasa  bekerja  sebagai  birokrat,  yang
              sangat  birokratis dan cenderung  feodal,  maka  kebanyakan  Kepa-
              la  Dinas  Pendidikan  di  daerah  masih  tetap  memainkan  peran
              sebagai  pengawas terhadap jalannya   pendidikan.  Mereka  bukan
              bertindak  sebagai  motivator  dan  fasilitator  bagi  jalannya  pen-
              didikan  di  daerah,  melainkan  menjadi  pengawas  atau  mandor
              dari  para  guru  di  daerahnya.  Tak  heran  bila  lembaga-lembaga
              seperti  pengawas  atau  K3S  (Kelompok  Kerja  Kepala  Sekolah) —
              sekarang   berganti  nama  menjadi   MKKS   (Musyawarah     Kerja
              Kepala  Sekolah) —yang seharusnya    dibubarkan  karena  tidak  se-
              suai  dengan  prinsip-prinsip  demokratisasi,  masih  tetap  diperta-
              hankan, bahkan   tetap dominan menentukan merah-hijaunya pen-
              didikan  seperti  pada  masa  Orde  Baru.

                      Ketiga,  yang amat  norak adalah  main  kuasa  terhadap  gu-
              ru  dan  kepala  sekolah.  Bila  pada  masa  lalu  (sebelum  otonomi
              daerah)  mutasi  guru  itu  terjadi  atas  usulan  guru  yang  bersang-
              kutan  atau  karena  kenaikan  jabatan,  misalnya  menjadi  kepala
              sekolah  di  tempat  lain,  setelah  otonomi  daerah,  pemindahan
              guru  secara  sewenang-wenang    atas  inisiatif  pimpinan  daerah
              itu  marak  terjadi.  Mutasi  guru  yang  dilakukan  atas  kehendak
              pimpinan   daerah  melalui  Kepala  Dinas  Pendidikan  itu  terutama
              terjadi  pada  guru-guru  yang  tidak  disenangi  (dengan  alasan  apa
              pun),  untuk  selanjutnya  dibuang  ke  daerah  terpencil.  Beberapa
              contoh  mutasi  kepala  sekolah  dan  guru  yang  dilakukan  oleh
              pimpinan   daerah secara sewenang-wenang    itu  dapat  disebutkan
              antara  lain:  mutasi  beberapa  Kepala  SMAN  di  Bandung,  Jawa
              Barat, yang dilakukan menjelang ujian akhir 2002, termasuk salah
              satunya  Kepala  SMA   3  Bandung  yang  cukup  terkenal  itu,  dan
              Kepala  SLTPN    Manding,  Sumenep,   Madura   yang  juga  terjadi
              menjelang  Ujian  Akhir  Nasional  2002.  Juga  Haryadi  Kepala  SD
              di  Bengkulu  Utara,  yang  dilempar  dari  sekolah  di  lingkungan
              kota  kabupaten  ke  sekolah  yang  lebih  terpencil,  sehingga  akses
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91