Page 136 - Tan Malaka - MADILOG
P. 136

enau itu penting buat segala-gala buat  mereka. Tak ada  yang terbuang.
               Lagi pula sangat memudahkan hidup Indonesia Irian. Sesudah 5-7 tahun
               pokok itu sudah memberi hasil, yang boleh dipakai buat makanan, rumah,
               perkakas, atau senjata. Jadi kalau seseorang mempunyai cuma 5-7 batang
               enau dari umur 1 sampai 7 tahun, bereslah hidup orang itu. Satu tahun
               ditebang  satu,  dan  ditanam  satu  buat  gantinya.  Satu  pokok  itu  bisa
               memberi  makan  buat  satu  tahun.  Ijuknya  buat  atap  rumah,  rujungnya
               boleh  dipakai  buat  lantai  dinding  atau  tembok  penangkap  ikan  atau
               binatang  hutan.  Menanam  satu  pokok  yang  tak  perlu  dilayani  lagi  itu
               bukanlah  pekerjaan  yang  memeras  tenaga  dan  otak.  Begitu  faedahnya
               pokok  enau  itu  buat  Indonesia  Irian,  sehingga  pohon  ini  juga  menjadi
               pokok  dalam  persoalan  dunia  dan  akhirat  dalam  “Weltanschauung”,
               pemandangan hidupnya Ipar Raksasa kita di Pulau Raksasa itu.
               Dalam filsafat yang terlampau digembar-gemborkan, ialah filsafat Hindu,
               dalam  Mahabarata,  Upanishad  dan  Ramayana  itu,  maka  kita  saksikan
               pula, bahwa isinya Kitab Suci Hindustan itu, tak lain dan dari bayangan
               masyarakat mereka juga. Menurut filsafat Hindu, maka Jiwa itu ialah satu
               barang yang terpisah sama sekali dari badan. Kalau orang itu mati, maka
               jiwa itu berpindah (Re-incarnation) kepada badan lain. Kalau dia hidup
               sebagai orang bijak, maka jiwa itu pindah pada jasmani yang lebih baik,
               kalau  dia  hidup  berdosa,  maka  boleh  jadi  jiwanya  turun  ke  tangga  di
               bawah lagi. Kalau beruntung sekali ia tiada kembali lagi ke dunia yang
               dianggap  “busuk  kotor”  yang  mesti  ditinggalkan  ini.  dengan  jalan
               pertapaan, puasa dan menyiksa diri, jiwa yang sudah merdeka dari kotor,
               sebab nafsunya yang kotor itu, bisa terus ke Nirwana. Paling malang jiwa
               itu kembali ke dunia dalam badan hewan.
               Bermula sekali masyarakat Hindu sudah dibagi atas 4 kasta terbesar.


                     1.  Kasta  Brahmana,  ialah  kasta  pendeta.  Kasta  ini  kasta  tertinggi.  Dari
                        kasta  inilah  jiwa  itu  bisa  melayang  terus  ke  Nirwana  Surga,  lepas
                        sama  sekali  dari  dunia  ini.  boleh  juga  jiwa  Brahmana  itu  turun  ke
                        kasta lebih rendah.
                     2.  Satria,  ialah  Kasta  Raja  dan  Ningratnya.  Jiwa  dari  kasta  ini  setelah
                        orangnya mati, bisa naik ke kasta Brahmana tetapi boleh juga turun ke
                        kasta rendahan.
                     3.  Kasta  Waisa,  yang  terdiri  dari  golongan  saudagar,  magang,  tukang
                        atau tani.
                     4.  Kasta Sudra, ialah kasta orang “jembel”, seperti penyamak kulit atau
                        tukang sapu jalan.





                                                                                         135
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141