Page 141 - Tan Malaka - MADILOG
P. 141

dibayangkan pada syair dan pantun yang berlainan kata dan susunannya
             dari pada pembicaraan biasa.

             Tari  menaripun  yang  terutama  sekali  digemari  oleh  bangsa  Indonesia
             purbakala di seluruh kepulauan Indonesia dan Kamboja, seperti juga di
             Siam serta di Birma tiada lain dari bayangan masyarakat purbakala itu.

             Sekarang di tengah bangsa Indonesia yang hidup dalam dunia kemodalan,
             perniagaan  dan  advertensi,  sudah  timbul  pula  seni  baru  yang  cocok
             dengan permintaan Kapitalisme. Pada papan istimewa atau batu tembok
             di kota-kota besar, atau dekat stasiun, kita melihat gambar yang menarik
             hati  atau  menggelikan.  Pabrik  Bata  menggambarkan  sepatunya  dengan
             niat supaya orang membelinya. Pabrik Listrik menggambarkan kebaikan
             dan  kecantikan  barang-barangnya,  begitu  baik,  kuat,  cantik  dan  murah,
             janganlah si pemakai kiranya membeli pada pabrik lain lagi. Pabrik Jintan
             mengeluarkan gambarnya yang maksudnya buat memberi keyakinan pada
             pembeli,  bahwa  tak  ada  didunia  ini  obat  sakit  perut  yang  lebih  manjur
             dari Jintan itu.
             Pada beberapa contoh terakhir ini sudah lebih nyata lagi, bahwa tidak saja
             seni  itu  berkenaan  dengan  masyarakat,  tetapi  juga  nyata  perhubungan
             seni itu dengan pencarian hidup. “Art for Art”, seni itu cuma buat seni
             saja, bukan buat mencari uang, susah kalau tidak mustahil didapat pada
             dunia  himpit  menghimpit,  sikut-menyikut  dan  tolak-menolak  buat
             mencari  makan  ini.  Cuma  pada  Zaman  Depan,  dimana  pertanggungan
             hidup  itu  sudah  menjadi  pertanggungan  bersama,  dan  seni  itu  sudah
             menjadi gambaran masyarakat semacam itu, disini ahli seni, orang yang
             betul berdarah seni dengan sepenuh hati, pikiran dan semangatnya bisa
             menjalankan  talent,  retaknya.  Pada  zaman  ini  bisa  terjadi  perpaduan
             kehidupan dan seni: Kehidupan buat Seni dan Seni buat kehidupan.
             Pada masyarakat  yang primitive, tingkat sederhana sekali, perhubungan
             seni dengan masyarakat itu lebih nyata dari pada masyarakat yang sudah
             tinggi  pesawat  dan  kebudayaannya.  Pada  masyarakat  tingkat  sederhana
             itulah nyata sumbernya seni itu. Saya sendiri tiadalah ahli dalam hal seni
             itu. Tetapi ahli seni membandingkan benarnya kalimat di atas ini dengan
             bermacam-macam  seni  daerah  di  seluruh  kepulauan  Indonesia  ini.
             Menurut pemandangan saya yang terbatas itu, erat sekali dan nyata sekali
             perhubungannya “Fatigkeit” (Marx), pekerjaan, perbuatan hari-hari dari
             beberapa  suku  bangsa  Indonesia  ini,  dengan  tari,  nyanyi,  pantun  dan
             syairnya.  Saya  pikir  tiada  susah  kita  mencari  perhubungan  antara






             140
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146