Page 144 - Tan Malaka - MADILOG
P. 144

Bahwa wayang yang dipengaruhi cerita Hindu ataupun Arab, sebaliknya
               dari menambah kecerdasan dan meninggikan inisiatif itu sudah lama jadi
               keyakinan saya.

               Bangsa  Hindu  yang  tetap  tinggal  disini  pada  zaman  dahulu  kala  sudah
               tentu  membawa  kebudayaan  dan  sejarah  Hindustan.  Kasta  sistem  tiada
               akan longgar, dan sudah mestinya dipererat. Kasta yang tertinggi, ialah
               Brahmana dan Satria, sudahlah tentu dimonopoli penjajah bangsa Hindu
               yang sedapat-dapatnya mereka jaga ketulenannya. Sedangkan saudagar,
               tukang  dan  tani  Hindu  di  Hindustan  sendiri  itu  sudah  dianggap  seperti
               Waisya dan Sudra, apalagi pula saudagar, tukang dan tani Indonesia yang
               tiada tahu bahasa Sanskreta atau lain bahasa Hindsutan itu. Karena kedua
               Kasta  Hidnu  penjajah  tadi  tentu  kecil  golongannya  di  banding  dengan
               bangsa  Indonesia,  maka  penjajah  Hindu  mesti  cari  tali  yang  erat  buat
               menetapkan  keadaan  Hindu  diatas  Indonesia  itu.  Tali  itu  didapat  pada
               agama,  kebudayaan  dan  bahasa.  Ketiganya  mendapat  pokok  yang  baik
               seperti benalu mendapatkan pokok langsat, kalah langsat karena benalu
               seperti pepatah adat Minangkabau, yang berarti tamu yang mengalahkan
               yang  punya  rumah.  Benalu  mengisap  zat  yang  diambil  dengan  susah
               payah  oleh  urat  dan  daun  pokok  langsat  buat  membesarkan  dan
               menguatkan pokoknya sendiri. Si penghisap bertambah kuat dan besar, si
               terhisap, seperti pokok langsat jadi layu.

               Bagitu halus hisapan dan tindasan yang dijalankan oleh penjajah Hindu,
               dengan jalan agama, kebudayaan dan bahasa dengan memakai Wayang
               sebagai  perkakas  sampai  dengan  tiada  ketahuan:  Cerita  Hindu  dalam
               masyarakat  Hindu  di  Hindustan,  memakai  bahasa  Hindu  tulen,
               disangkanya cerita oleh orang Indonesia.

               Pokok benalu di dahannya pokok langsat itu dipandang dari luar berupa
               pokok  langsat  juga.  Begitulah  orang  Indonesia  ialah  Kasta  Sudra  yang
               meti  Jawa  dengan  bahasa  kromo  dan  lutut  lemas,  pertanyaan  yang
               dimajukan dengan bahasa Ngoko kepadanya, menganggap kasta Ningrat
               dan  Pendeta  Hindu  itu  bangsanya  sendiri.  Semua  yang  terjadi  di
               Hindustan dalam cerita Mahabarata itu terjadi di Jawa ini orang Indonesia
               anggap, bahwa Hanoman itu bertapa dekat Gunung Merbabu. Kali serayu
               digali oleh Bima, dsb (Asia Raya, 22 Sept 1942).

               Hilang matter of fact, hilang bukti kenyataan, hilang nuchterheid, hilang
               kenyalangan  mata!  Sejarah  tidak  lagi  menaiki  kecerdasan  intelek,
               melainkan  sebaliknya.  Tidak  lagi  menaikan  semangat  dan  inisiatif,
               melainkan  melemahkan.  Jayabaya  menanti-nanti  Raja  Keling  buat




                                                                                         143
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149