Page 149 - Tan Malaka - MADILOG
P. 149

empu, ialah pandai besi  yang dari Pajajaran diterima dan diperlindungi
             oleh  Majapahit.  Tetapi  aturan,  statuten  mereka  dan  tata  kerja;
             werkprogram  mereka,  perkara  hasil,  harga,  upah  dan  sebagainya  yang
             tertulis  yang  dipakai  oleh  kaum  pandai  itu,  perhubungan  pemimpin
             dengan anggotanya, kepala dengan pekerja sejawat (gezel) atau muridnya
             (leerling)  dan  aturan  antara  satu  pertukangan  besi  (apar  namanya  di
             Minangkabau)  dengan  pertukangan  lain  atau  dengan  pemerintah,  tiada
             saya peroleh.

             Zaman  Tengah:  Bagaimana  juga  perkakas  yang  dipakai  oleh  Kongsi
             Tukang di Eropa pada zaman Tengah, tak ada berapa bedanya dari yang
             dipakai oleh pandai besi kita pada masa itu. Perbedaan barangkali sekali
             didapat pada bentuknya atau jenis perkakas. Tetapi persamaan juga pasti
             ada:  Semua  perkakas  boleh  diangkat  dengan  tangan.  Lain  dari  itu  besi
             sama  dipadu  dengan  api  dihidupkan  dengan  arang  atau  kayu.  Sama
             diembus  dengan  blaasblag,  dua  pompa  kembar  di  Eropa  dijalankan
             dnegan ari. Besi panas sama ditempa dengan martil yang diangkat dengan
             tangan.
             Zaman  Sekarang:  Apar  itu,  bukan  lagi  pondok  atau  rumah  kecil,
             melainkan gedung besar, bukan satu atau dua, gedung dari beton, penuh
             dengan  mesin  raksasa.  Dengan  Bessemer-Methode,  udara  itu  ditiup
             dengan  keras,  besi  juga  dilebur  dengan  listerik,  yang  ditimbulkan  oleh
             pabrik  listrik  yang  besar.  Martil  penimpa  besi,  tiada  lagi  martil  yang
             diangkat dengan tangan. Martil uap (steam hammer) sekarang bukan lagi
             satu  atau  setengah  kilogram,  melainkan  sampai  seratus  dua  puluh  lima
             ribu kilogram.
             b. Perkara Hak Milik

             Aggota  Kongsi  Tukang  di  Eropa  atau  pandai  besi  Indonesia  (juga?)
             mempunyai  sendiri  perkakas  itu  (martil,  bahan  dan  arang  !).  Tetapi
             complex atau gabungan pabrik pada masa sekarang buat membikin baja
             atau membikin mesin sendiri itu, bukan lagi kepunyaan seorang. Modal
             buat complex-pabrik yang sampai berjuta-juta rupiah itu, buat bahan yang
             berjuta-juta  rupiah  pula,  buat  motive-force,  kodrat  menjalankan  mesin
             seperti  uap  atau  litrik  yang  mahal  pula;  modal  buat  pembayar  buruh,
             mandor, tukang, insinyur dan administratur yang berjuta-juta rupiah pula,
             tiadalah keluar dari kantong seorang atau dua orang lagi, melainkan dari
             golongan  orang,  bernama  kaum  kapitalis.  Tiada  ada  diantara  golongan
             yang  pegang  andil  atau  pegang  modal  baru,  bernama  debenture-holder
             (pegang  surat  bunga  uang)  yang  bisa  bilang:  Ini  martil  sayalah  yang




             148
   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154