Page 153 - Tan Malaka - MADILOG
P. 153

Jelata,  buat  dagang,  pengangkutan,  lebih-lebih  buat  pertahanan  Negara,
             industri kapal terbang itu penting sekali. Pemerintah Republik memberi
             izin  leluasa  sekali.  Tetapi  ada  dua  perkara  yang  kurang  dan  satu
             perhubungan erat dengan yang lain. Pertama, mesin bukan mesin kapal
             terbang itu sendiri, yang bernama aero-engine, tetapi mesin mesti bikin
             aero-engine  ini  pula.  Kedua  aero-engine  itu  sudah  barang  yang  sulit!
             Apalagi mesin ibu yang mesti melahirkan aero-engine itu.

             Dia  menoleh  ke  kiri-kanan,  memang  dia  bertitel  Insinyur  dan  berdarah
             praktek.  Dia  masuki  pabrik  dan  bengkel  Indonesia.  Memang  dia
             berpengaruh,  karena  keluaran  dari  keluarga  hartawan  dan  politik-wan.
             Tetapi dia cuma berjumpakan mesin buat menggiling tebu, pemisahkan
             timah  dan  emas,  penyaring  minyak  tanah,  dan  paling  tinggi  pembikin
             sayap kapal terbang. “Semuanya pusaka Belanda” katanya dalam hatinya,
             memang  dia  Nasionalis  patriot.  Ingat  dia  pada  Indonesia  Raya,  Zaman
             Sriwijaya  dan  Majapahit.  Tetapi  pada  zaman  ini  dia  cuma  berjumpa
             dengan pahat, kampak, martil, semuanya kecil-kecil.
             Pekerjaan tidak bisa dijalankan dengan lekas. Tetapi dia aktif, berinisiatif,
             divide,  memang  berpemandangan  jauh  dan  cinta  pada  bangsanya.  Dia
             mau lekas, mau naikkan bangsanya, dari bangsa di bawah sepatu bangsa
             lain, sampai jadi bangsa yang duduk sama rendah dan tegak sama tinggi
             dengan  bangsa  manapun  juga  di  kolong  langit  ini.  dia  jumpakan  para
             pembesar  negeri  anggota  Parlemen  sampai  Menteri  Keuangan,  serta
             anggota keluarga, bekas teman sekolah, kawan separtai atau sahabatnya.
             Akhirnya dia dapat perjanjian dari yang berpengaruh, berkuasa, beruang.
             Kalau  pasal  uang  sama  sekali  tak  akan  menjadi  keberatan.  Kami  akan
             bantu.

             Si Nasionalis tadi bukan seorang bertitel Insinyur saja. Dia seorang yang
             praktis. Dia berpikir terus, walaupun sesudah empat atau lima bulan atau
             setahunpun  akan  didapat  mesin  ibu,  buat  bikin  aero-engine.  Tetapi
             dimana dia peroleh ratusan, ya ribuan banyaknya buruh, tukang, opzicter
             dan Insinyur yang berpengalaman, buat menjalankan pekerjaan masing-
             masing  bagian,  dengan  “efficiency”,  ini  perkataan  Amerika  pula  yang
             sudah jadi pedoman dalam semua pekerjaannya. Berapa lama buruh halus
             dan  kasar  yang  penting  itu,  dia  mesti  dilatih  dalam  teori  dan  praktek,
             supaya  jangan  banyak  waste,  ialah  tenaga,  tempo  dan  barang  yang
             dibuang-buang, karena kekurangan kepandaian dan pengalaman. Insinyur
             Nasionalis  Indonesia  tadi,  insyaf  sekali  akan  division  of  labour,  pada
             industri  baru  beralasan  mass-production,  seperti  pada  industri  kapal
             terbang  itu.  Dia  tafakur  dan  insyaf,  beberapa  perkakas,  pesawat,



             152
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158