Page 240 - Tan Malaka - MADILOG
P. 240

Dialektika  Materialisme.  Para  ahli  tak  sekejappun  bisa  melupakan
               pertentangan gerakan, perkenaan dan tempo.

               Melupakan       Daialektika    yang    berdasarkan     Materialisme,     bisa
               melantingkan para ahli ke Alam Mistika atau kealam Mekanisme. Dari
               susunan cel sampai kesusunan Badan Manusia, dari instict sampai keakal,
               semua  benda  dan  tunduk  pada  hukum  Dialektika.  Tetapi  Dialektika  ini
               takluk  pula  pada  Materialisme,  kebendaan.  Bukan  Materialisme  yang
               takluk pada Dialektika. Dialektika itu bisa lahir lebih dahulu dalam otak
               manusia yang paling cerdas. Tetapi Dialektika semacam itu mesti cocok
               dengan  Dialektikanya  Benda,  yakni  hukum  gerakannya  Benda.  Kalau
               besok atau lusa tiada didapati kecocokan itu, maka Dialektika semacam
               itu  berarti  Dialektika  kosong,  Dialektika  impian,  yakni  impiannya
               seorang ahli Dialektika.

               Pasal 11. KEPERCAYAAN.

               Yang  saya  maksudkan  dengan  kepercayaan,  ialah  semua  paham  yang
               tiada beralasan kebendaan, kenyataan, atau dengan lain perkataan, semua
               paham  yang  tiada  berdasarkan  barang  yang  bisa  dialamkan,  atau  boleh
               dipikirkan dapat-nya diperalamkan. Sebaliknya science Ilmu Bukti, ialah
               paham  yang  berdasarkan  barang,  perkara  atau  kejadian  yang  bisa
               diperalamkan  atau  sedikitnya  masuk  diakal,  mungkinnya  diperalamkan,
               kalau semua alatnya ada.
               Hypothesis, tiadalah masuk kedalam golongan kepercayaan; melainkan
               persangkaan,  sebab  hypothesii  itu  bisa  diubah  atau  dilemparkan  sama
               sekali,  kalau  dibelakangnya  nayta,  bahwa  bukti  atau  kejadian
               membatalakannya.  Hypothesis  ialah  calon  satu  undang  atau  teori.
               Hypothesis  bisa  jadi  undang  atau  teori  kalau  akhirnya  bukti
               membenarkannya.  Science  itu  tiadalah  satu  paham  yang  mesti  diterima
               saja  tak  dengan  siasat,  kritik,  dan  mesti  dikandung  dalam  jiwa  saja
               sampai  kepintu  kubur.  Sebaliknya  satu  kpeercayaan  tu  mesti  diterima
               bulat-bulat  begitu  saja.  Walaupun  kita  mau  memperalamkan,  kita  tiada
               bisa  berbuat  begitu.  Kita  umpamanya  bisa  menyaksikan  ratus  ribuan
               bintangnya Ahli Bintang atau protonnya.

               Ahli kodrat, walaupun mata telanjang tak bisa melihatnya. Tetapi Tuhan,
               Atman,  Jiwa  atau  Neraka  serat  Surga  bagaimanapun  juga  tak  bisa
               diperalamkan  kedalam  golongan  yang  “tiada”  bisa  diperalamkan  oleh
               kita  ribuan  juta  Manusia  yang  malang  ini.  Yang  tiada  dianugrahi
               malaikat, mendengar atau merasa Yang Maha Kuasa, Maha Mulia, Maha
               Kasih itu. Semua manusia  yang pernah berjumpakan atau menyaksikan



                                                                                         239
   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245