Page 241 - Tan Malaka - MADILOG
P. 241

Tuhan Maha Jiwa atau Atman itu dengan pancainderanya belum pernah
             menyaksikan  saya  dimuka  orang  banyak  dengan  memanggil  DIA
             kembali.

             Pendeknya Tuhan, Jiwa Manusia, Atman Surga dan Neraka itu semuanya
             benda yang diluar peralaman.

             Berhubung dengan keterangan diatas, maka tiadalah ada alasan saya buat
             menyingkirkan  paham  Nenek  Moyang  Bangsa  Indonesia  sekarang  dari
             golongan  Kepercayaan.  Jadi  paham  Animisme  (Ilmu  Kejiwaan),
             Dynamisme (Ilmu kekodratan)  dan  Daimonology (Ilmu Perhantuan) itu
             yang oleh agama ditolak mentah-mentah sebagai tahayul, terpaksa saya
             masukkan  dalam  golongan  kepercayaan  juga.  Malah  dalm  hal  ini
             sedikitpun saya tak berlaku tak sama berat, karena mereka yang percaya
             menurut  Animisme  (Jiwa)  dsb  itu  mengatakan  pawangnya  (tukang
             tenung)  bisa  segenap  tempo  memanggil  dn  membuktikan  badan  atau
             kodrat yang tiada bisa dipandang orang banyak dalam keadan biasa itu.
             Kalau tidak segenapnya, sebagiannya bisa dibuktikan.
             Maksud saya pada pasal ini ialah memancarkan Madilog keseluruh Asia,
             sumber  semua  kepercayaan  yang  terutama  di  dunia  ini  seperti  si-
             pemancar obor listrik memancarkan sinarnya memeriksa yag ada diudara.
             Tentulah  pada  satu  pasal  saja,  saya  tak  bisa  berlaku  seperti  seorang
             labornat  atau  anatomist  yang  mesti  mencampur  adukkan,  memisah,
             menyayat  (potong)  benda  yang  diperiksanya  itu  habis-habis  sampai
             semua  bagian  dan  sifatnya  diketahui.  Pertama  sekali  tempo  tak
             membenarkan. Betul dair dahulu sekali saya banyak mempelajari segala
             kepercayaan dari  Animisme samapi  ke Spritisme  melalui segala agama
             yang terkenal di dunia. Tetapi semua pengetahuan itu emsti dibangunkan
             kembali dari tempat pendiammnya di sub consciousness dari kesadaran-
             lenanya  –Freud--  ,  dengan  membaca  kembali  bertimbun-timbun  buku.
             Kedua dan inilah  yang terpenting, walaupun semua peringatan itu akan
             bangun kembali dengan yang lebih terang dan gemilang, tetapi apa boleh
             buat, Madilog tak bisa berlaku langsung atas kepercayaan. Seperti sudah
             tercantum  diatas,  semua  kepercayaan  itu  ke-tiadaan  benda.  Sebahagian
             dari pengetahuan sesuatu kepercayaan itu boleh jadi sekali cocok dengan
             Logika  atau  Dialektika,  tetapi  segala  bukti  lantainya  (presminya)  tak
             takluk pada peralaman tiada bisa diperalamkan.

             Seperti  sudah  saya  bilang  lebih  dahulu,  benar  atau  tidaknya  sesuatu
             kepercayaan terserah pada otak, perasaan, kemauan, pendeknya pada jiwa
             masing-masing.




             240
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246