Page 247 - Tan Malaka - MADILOG
P. 247

menidurkan  si-sakit. Ilmu  menidurkan ini  memang lama diketahui oleh
             pawang Indonesia. Kita lihat pawang perlu kuku, rambut, atau tengkorak
             buat menyampaikan n i a t n y a.

             Dia  perlu  sesuatu  benda  buat  memperhubungkan  dia  dengan  tujuannya
             seperti  kodrat  besi  berani  tadi,  perlu  besi  beraninya  buat  mengadakan
             kodratnya  seperti  juga  Tuan  Dokter  perlu  latihan  dan  pembawaaan
             (aanleg)  dan  badannya  sendiri  buat  mengeluarkan  kdorat  menteranya
             (suggestinya). Tidak semua besi bisa menarik dan tidak semua orang bisa
             menidurkan dan mengobati orang lain dengan manteranya. Tetapi sesuatu
             kodrat  yang  jaya  perlu  benda,  baikpun  serupa  besi  ataupun  badan
             manusia. Ditilik dari penjuru Science selama ini, maka pawang tak sama
             sekali  mendasarkan  kodratnya  pada  kdorat  dirinya.  Ia  perlu  sesuatu
             benda, sebab itu saya bilang kepercayaan itu tak bisa dilemparkan begitu
             saja.  Pemeriksaan  yang  teratur  dan  sempurna  dengan  jalan  peralaman
             atau  embikin  tinta  memang  belum  dijalankan.  Sebelum  pemeriksaan
             semacam itu dijalankan, belumlah kita bisa menentukan pendirian yang
             pasti tentangan ilmu kepawangan itu, serta Logika tentangan bermacam-
             macam  kepandaian  pawang  Indonesia  tentangan  pengetahuannya.  Besi
             berani menarik semua besi kearah pedomannya. Tetapi besi berani kecil
             takkan  bisa  menarik  kereta  atau  orang.  Tuan  Dokter  yang  sudah  dapat
             lahitan  itu  bisa  menyembuhkan  beberapa  macam  penyakit,  yang
             semuanya masuk satu jenis, seperti sakit saraf. Tetapi saya belum dengar
             tuan Dokter bisa mengobati penyakit seperti kolera, pest, atau luka parah
             dengan mentera saja. Apalagi menghidupkan orang mati. Menyingkirkan
             ribuan manusia, senjata dan menyingkirkan makanan atau menimbulkan
             kodrat  buat  melemparkan  gunung  dan  meneruskan  hidup  beribu  tahun
             seperti cerita Mahabarata dan Ramayana semata-mata dengan kodrat jiwa
             tentulah satu omong-kosong sebesar gunung Himayala.

             Pawang  Indoensia  Asli  tak  sampai  menimbulkan  kepercyaan  seperti
             jempolan  dari  Hindustan  itu.  Dimasa  pengaruh  Hinduisme  itu  tidak
             begitu  mendalam, kepercayaan pada  yang tidak-tidak itu  belum sampai
             setinggi pinggangnya Gunung Himayala.

             Kesalahan kepercayaan Indonesia asli, berhubung dengan dynamis tadi,
             ialah  kodrat  terkhusus  dari  benda  atau  hewan  dan  manusia  dijadikan
             kodrat  raya.  Sifat  atau  undang  terkhusus  dijadikan  sifat  atau  hukum
             umum.  Jadi  dalam  kepercayaan  pada  kodrat  semua  benda  ini,  mereka
             memperlihatkan kesederhanaan: pikiran primitif. Ini cocok dengan bumi
             Indonesia  dan  pengetahuan  serta  tehnik  (pesawat  yang  ada  pada
             Indonesia asli).



             246
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252