Page 249 - Tan Malaka - MADILOG
P. 249

Tambahlah contoh kepandaian pawang tentang “menuju” mengiktui atau
             mencitakan  tujuannya  dengan  beberapa  contoh  yang  Tuan  lihat  atau
             dengar!  Saya  sendiri  ada  menyaksikan  dan  mendengar  kejadian  yang
             berhubungan dari pihak yang tiada bisa disangsikan jujurnya! Tetapi tiada
             disini  tempatnya  menguraikan  itu.  Cuma  satu  dua  perkara  yang  disini
             akan saya kemukakan. Amok memang perkataan berasal dari Indonesia
             dan  sudah  masuk  dalam  kitab  Kamus  bangsa  asing.  Mengamok,  ialah
             hasil  temperament,  hawa  nafsu  bangsa  Indonesia.  Bukan  disebabkan
             penyakit seperti kata setengahnya ahli Barat. Nafsu mengamuk di Jawa
             atau Semenanjung, di Makassar atau Mindanau, bisa timbul kalau orang
             Indonesia  merasa  dihina.  Ketika  Rakyat  Indonesia  asih  mengandung
             perasan  kehormatan  tinggi,  pengamokan  itu  acap  terjadi.  Begitulah
             keterngan  yang  kita  peroleh  dari  Musafit  Tionghoa  ataupun  Eropa.
             Bagaimana  samurai  menyelenggarakan  perkara  kehormatan  itu  dengan
             dirinya  sendiri,  begitulah  orang  Indonesia  menyelenggarakannya  keluar
             dirinya  dengan  tidak  menghitung  banyaknya  korban,  musuh,  tak
             memandang akibat perbuatannya lagi, marah sampai kepuncak! Pada satu
             pawang kemarahan itu terbentuk dengan niat atau kutuk. Si Umbut Muda
             yang dihina oleh puterinya menyemburkan semua niatnya kepada puteri
             yang ditujunya. Tetapi kemarahan itu ada berjenis-jenis pula. Marah itu
             tidak selalu sebab kehilangan kesabaran. Orang yang dihina dengan tiada
             semena-mena atau orang sengaja diisap dan ditindas, dicuci-maki perlu
             pmarah. Malah ia mesti marah kalau kemanusiannya belum hilang sama
             sekali. pendeknya kemarahan itu ada yang tidak pada tempatnya dan ada
             yang  pada  tempatnya.  Yang  belakangan  ini  saya  namai  murni.  Karena
             kalau  nafsu  marah  itu  lenyap  sama  sekali,  maka  hilanglah  nafsu
             membalas,  nafsu  membongkar  yang  buruk,  yang  bobrok  dalam
             masyarakat. Pendeknya marah yang murni pada satu pihak mengandung
             kezaliman  dan  kesombongan  pada  lain  pihak.  Akibat  kezaliman  dan
             kesombongan biasanya kegagalan atau kejatuhan, karena sifat kezaliman
             dan kesombongan itu membawah sifat kelengahan dan kesempitan akal.
             Kedua yang dibelakang ini pangkal kegagalan, kejatuhan dan kesedihan,
             kemenyesala.  Kalau  marah  murni  pada  satu  pihak  melambung  menjadi
             kutik  dan  pada  pihak  lain  kesombongan  melambung  pada  kegagalan
             kesedihan  atau  kemenyesalan,  maka  kutuknya  pawang  bisa  merupakan
             kejayaan  (succes).  Orang  bisa  menyaksikan  hal  ini  pada  kehidupannya
             sehari-hari. Tetapi kejadian terkhusus dijadikan undang. Inilah kesalahan
             logika primitive. Selain dari hal kejiwaaan (psychological) ini saya akan
             kemukakan kemungkinan dan batasnya Kodrat semua Benda itu. Hal ini
             sudah saya tuturkan lebih dahulu.



             248
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254