Page 251 - Tan Malaka - MADILOG
P. 251

marabahaya atau sengketa, tentula hyang tinggal sedikitnya kekurangan
             akal, kekurangan pengaruh dan kepercyaaan, keputus asa. Pemimpin baru
             belum  dapat  merebut  kepercyaan  yang  ditumpahkan  pada  Datuk
             almarhum.
             Pada saat ini dirasa keperluan memakai pengaruh Datuk yang sudah mati.
             Tetapi bagaimana? Logika belum ada. Pesannya almarhum ataupun adat
             yang  ditinggalkannya  tiada  berarti,  kalau  dijelaskan  maknanya  saja.
             Masyarakat  pada  masa  itu  perlu  semangat,  perlu  jiwanya  Datuk
             almarhum.  Perlu  dikatakan  pada  yang  tinggal,  bahwa  jiwanya  Datuk
             almarhum masih menjaga hukum, dan adat yang ditinggalkannya. Kalau
             tiada,  niscaya  malapetaka  yang  akan  datang.  Persoalan  baru  tak  bisa
             diselesaikan  begitu  saja.  Dengan  ketangkasan  Logika  dan  pengertian
             karena logika, sebagai ilmu berdiri atas kekuatannya (logika) itu sendiri
             belum  ada,  dan  belum  bisa  ada.  Logika  pada  masa  selama  itu  terletak
             pada orangnya. Kalau orang itu mati, maka matilah logika itu. Pemimpin
             baru belum berlogika yang mengandung authority (kekuasaan), terutama
             karena ia belum memberikan bukti yang cukup seperti Datuk almarhum.
             Disini Datuk baru merasa perlu berjumpa dengan Datuk almarhum seperti
             dimasa hidupnya. Disinilah timbul pemujaan ialah kepandaian atau ilmu
             memanggil  yang  sudah  mati.  Sebelum  wayang  dilakukan  maka  Datuk
             baru  kemudian  lama-lama  syaman,  ialah  ahli  terkhusus  membakar
             kemenyan  dan  memberi  korban  kepada  almarhum.  Pada  masa  inilah
             Datuk  beru  berjumpakan  semangat  atau  jiwanya  Datuk  almarhum.
             Disinilah  ia  menerima  nasibat  atau  ilham  yang  perlu  buat  memutuskan
             persoalan  baru  atau  menantang  musuh  yang  kuat  hebat.  Diantara  para
             Datuk  yang  baru  tentu  ada  juga  yang  kurang  keulungannya  dari
             almarhum.  Kalau  ia  mati  tentulah  ia  akam  memasuki  Pantheon,  istana
             Datuk Almarhum pula buat dipujua pula.kalau dua atau lebih suku bangsa
             Indonesia kelak bergabung, tentulah jiwa jiwa Datuk almarhumnya yang
             sakit dimasukkan dalam istana pergabungan pula. Lambat laun timbullah
             akibat: kalau Datuk Almarhum itu berjiwa, tentulah anak cucunya terdiri
             dari jasmani dan jiwa pula. Kalau jiwa Datuk Almarhum terus melayang
             kian kemari, sudah tentulah pula jiwa anak cucunya mengikuti kemana-
             mana dsb.
             3.  KEPERCAYAAN KEPADA HANTU.

             Diminta pembaca terus bermenung sebentar lagi, kita belum tinggalkan
             pasukan  suku  indonesia  tadi.  Mereka  berjumpakan  Rimba  Raya  Gadis,
             artinya belum pernah dimasuki manusia. Pembaca penduduk kota belum
             tentu  bisa  menggambarkan  Rimba  Raya  Gadis.  Belum  tentu  bisa



             250
   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256