Page 250 - Tan Malaka - MADILOG
P. 250

Pada orang Indonesia terpelajarlah terserahnya pekerjaan buat menyaring
               yang  benar  dengan  yang  salah  dalam  kepercayaan  pawang  Indonesia.
               Diantaranya  banyak  yang  jujur  karena  mereka  tak  membutuhkan
               (suggestion)  umpamanya  buat  obat-obatan.  Ahli  Barat  sudah  tentu  tak
               bsia  mengadakan  pemeriksaan  yang  sempurna,  karena  kekurangan
               kepercayaan  dari  pawang  dan  kekurangan  pengetahuan  psychologie
               (jiwa) dan bahasa Indonesia.

               2.  KEPERCAYAAN PADA JIWA.

               Bertenaglah  pembaca  sembentar!  Andaikanlah  Tuan  memperamati
               bangsa  Indonesia  asli  meninggalkan  gurun,  pasri  Mongolia  menuju  ke
               arah  Selatan  sampai  ke  Tibet  dan  Yunan  melalaui  pegunungan  yang
               tinggi  dan  lembah  yang  curam.  Tak  ada  peta  dan  tak  ada  pedoman!
               Perantauan Cuma ditentukan oleh instinct, naluri saja. Sekarang mereka
               lambat laun sampai kebarisan gunung dibatas Birma dan Annam. Jalan
               biasa yang bisa dilalui Cuma tepi sungai Salweetn, Irawadi, Menam, dan
               Mekong.  Jurang  sungati  ini  sekarangpun  masih  sukar  dilalui.  Jalan  tak
               ada. Jalan sudah tentu penuh binatang buas dan bangsa asli yang sering
               memusuhi kita dan bermacam-macam penyakit. Sampai juga mereka ke
               Semenanjung Tanah Malaka. Akhirnya dari sini mereka berhamburan diri
               kekepulauan  Indonesia  sekarang,  ke  Magadaskar  disebelah  barat  dan
               Amerika  di  Timur.  Perantauan  jauh  yang  penuh  marabahaya  alam  itu
               dilakukan  dalam  abad  yang  belum  mengetahui  ilmu  bukti  dan  pesawat
               kemesinan.  Masyarakat  pada  masa  itu,  seluas-luasnya  Cuma  tahu  suku
               yang dikepalai Datuk. Datuk ini bukanlah raja melainkan pemimpin yang
               dicintai,  karena  ia  terpilih  diantara  sanak  saudara  sendiri.  pengikutnya
               bukanlah  hamba  atau  rakyat,  melainkan  isteri,  saudara,  anak  dan
               keponakannya  sendiri.  perhubungan  pemimpin  dengan  yang  dipimpin
               ialah perhubungan bapak dan ankanya atau nenek dan cucunya.

               Kita mesti simpulkan bahwa diantara pemimpin dalam perantauan jauh
               dan  berbahaya  itu  mestinya  banyak  yang  cerdik  pandai  serta  berani.
               Kalau  tiada  tentulah  mereka  tak  sampai  kemari,  melainkan  sesat  atau
               tewas di jalan, kelaparan, diterkam binatang buas atau dikalahkan bangsa
               asli.  Dalam  pengembaraan  bertahun-tahun  barangkali  beratus  tahun  itu
               tentulah banyak timbul persoalan baru, pertarungan baru yang menuntut
               peraturan baru. Timbullah undang dan adat istiadat yang mesti dilakukan
               buat  keselamatan.  Datuk  yang  menyelesaikan  persoalan  baru  yang
               memenangkan  pertarungan  dan  mengadkaan  undang  dan  aturan  baru
               selain hidupnya susah, tentu akan menerima kehormatan, pujian dan cinta
               pengikutnya.  Tetapi  kalau  Datuk  semacam  ini  mati  pada  ketika  dalam



                                                                                         249
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255