Page 273 - Tan Malaka - MADILOG
P. 273

“Siapakah  yang  pernah  melihatnya?”  “pada  Dewa  manakah  kita  mesti
             berkorban?”

             Kesangsian itu menimbulkan kepercayaan baru pula. Seorang ahli filsafat
             Brahmana  itu  berpikir:  Di  dalam  badannya  para  Dewa  itu,  adalah  satu
             persamaan.  Persamaan  ini  ialah  Rohani  Alam  yang  berada  dalam
             berjenis-jenis  badan,  bentuk  dan  nama.  Rohani  Alam  ini  sama  dengan
             Jiwa  Alam  atau  Akal  Alam.  Rohani  Alam  itulah  yang  dikandung  oleh
             Badan yang berupa Agni, Varuna dan Indra dan lain-lain.

             Jadi  pada  tingkat  ini  ke-Esaan  yang  terbentuk  pada  badan  Surya  tadi
             bertukar  menadi  keesaan  Rohani!  Sedangkan  Surya  tadi  masih  berupa
             orang  yang  mempunyai  akal,  kemauan  dan  perasaan  marah  atau  cinta,
             tetapi  Rohani  Alam  ini  sudah  sesuatu  yang  terpisah  sama  sekali  dari
             jasmani seperti angka 2, 3 dsb-nya terpisah (abstracted) dari 2 manggis, 2
             orang  dan  2  dewa,  Cuma  tinggal  bilangan  saja,  begitulah  pemikir
             Brahmana memisahkan Rohani itu dari Jasmani.
             Rohani Alam inilah juga yang dinamai Atman. Ataman inilah yang dicari
             dengan  jalan  pertapaan.  Apakah  Atamn  itu?  Penghabisan  Kita  Veda
             Bagian  yang  bernama  Upanishad,  memeriksa  sifatnya  Atman  itu.
             Diterangkan  disana,  bahwa  b  a  d  a  n  manusia  itu  bukanlah  d  i  r  i,
             bukanlah  s  a  r  i,  kaerna  badan  itu  berukar  dari  bayi  sampai  balig  dan
             akhirnya  tua  dan  mati.  Juga  d  i  r  i  dalam  mimpi  itu  bukanlah  diri
             sebetulnya, sebab dair diri itu pun dibawah pengaruh pengalaman sehari-
             hari. Diri dalam tidur tak bermimpi juga bukan diri, sebab dalam hal itu,
             diri itu kosong. D i r i sebetulnya ialah k e s a d a r a n a l a m yang terdiri
             atas  dirinya  sendiri  dan  buat  dirinya  sendiri.  manduknya  Upanishad
             membedakan 3 tingkatnya Jiwa: bangun, bermimpi dan tidur (nyenyak).
             Ketiga tingkat ini termasuk kedalam tingkat ke empat, ialah “kesadaran
             gaib”  (intuitional  consciousness).  Pada  kesadaran  gaib  inilah  hilang
             lenyap  semua  pengetahuan  dengan  benda  didalam  dan  diluar  badan.
             Inilah  yang  Atman.  Brahmana  itu  sama  dengan  Atman.  Sari  dalamnya
             Alam sama dengan sari dalamnya diri (manusia). Kalau sipertapa sampai
             bercampur  dengan  Ataman  itu  ia  bisa  berkata  TAT  TVAM  AS  “aku”
             berjumpakan e n g k a u. sifatnya kebinasaan hakekat terakhir ini, Atman
             ini, t a k b i s a ditentukan. Tetapi menurut Upanshad tadi juga, perasaan
             gaib  kita  (intuition)  bisa  merasakannya.  Aklau  orang  mau  bertanyakan
             bentuknya atau definisinya. Kalau orang mau bertanyakan bentuknya atau
             definisinya,  ahli  Brahmana  tadi  Cuma  menjawab  dengan  “Neti,  Neti,
             Brh”, artinya bukan ini dan bukan itu ..........





             272
   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278